Rizal Ramli Berpulang, Selamat Jalan Elang Rajawali Guru Kebaikan

0
518
Almarhum Rizal Ramli bersama penulis, MS Gibran. Foto : Dok. Pribadi

Indonesiadaily.net, Yogyakarta – “Kabar duka berpulangnya pejuang pemikir dan pemikir pejuang, almarhum Rizal Ramli,” demikian informasi dari Sukmaji Indro Tjahyono, bak tersambar halilintar di siang bolong, meruntuhkan jantung penulis, Selasa malam (2/1/2024) berganti menjadi duka.

Sukmaji Indro Tjahyono merupakan rekan satu angkatan perjuangan almarhum saat melawan tirani orde baru kala itu.

Sukmaji kenal Rizal Ramli sejak masuk Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1973, ketika bersama-sama menjadi aktivis mahasiswa.

Namun, Sukmaji lebih banyak aktif di pers kampus, sedang Rizal lebih banyak aktif di Dewan Mahasiswa ITB (DM ITB).

Sukmaji juga tempat bertukar pikiran Rizal Ramli kala memiliki gagasan membuat Gerakan Anti Kebodohan (GAK). Bahkan, ia sempat mengkritik, karena yang dibutuhkan saat itu adalah gerakan politik melawan Soeharto.

TNI atas perintah Soeharto memberi reaksi keras atas demonstrasi yang terjadi di semua perguruan tinggi dari Sabang sampai Marauke. Saat itu, kampus pun diliburkan setahun sebagai reaksi terhadap rencana mahasiswa lakukan mogok belajar.

Ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi ditangkap termasuk para guru besar. Setelah dilakukan pemeriksaan, 600 aktivis mahasiswa terkena wajib lapor dan 300 mahasiswa diadili.

Rizal Ramli bersama penulis Buku Putih lainnya turut direngut hak kebebasannya sebagai manusia di negara merdeka dan diadili di Bandung.

Sedangkan ratusan mantan ketua dewan mahasiswa dan senat mahasiswa dipenjara dan diadili di kota-kota lain, sementara mantan aktivis ITB lain mendirikan organisasi untuk melanjutkan pengkaderan di berbagai kampus.

Rizal Ramli pun berbicara kepada Sukmaji ia tidak bisa diam saja dan harus mengupgrade pengetahuannya untuk membawa perubahan dsn bukan sekedar menjatuhkan rezim.

“Saya harus melanjutkan belajar ke luar negeri. Kita butuh perubahan yang tidak sekedar menjatuhkan rezim, tetapi harus membangun sistem yang benar,” kata Sukmaji meniru ucapan almarhum saat itu.

Saya dan Rizal Ramli

Secara pribadi, saya dan mendiang Rizal Ramli memang belum lama menjalin kedekatan, kira-kira sekitar satu dekade saat penulis meminta almarhum menulis kolom khusus opini di website yang saya kelola, yaitu Bogordaily.net.

Tetapi, penulis sendiri sudah mengenal, mengikuti sepak terjang dan kiprah almarhum setengah abad silam. Bukan waktu yang singkat untuk memahami pemikiran guru bangsa.

Sebelum Selasa kelabu 2 Januari 2024, sudah tiga pekan saya dan almarhum tidak berkomunikasi melalui aplikasi pesan singkat WhatsApp, bertukar kabar, sekedar menyapa dan menanyakan kondisi kesehatannya.

Kabar berpulangnya terlalu mengejutkan dan kepastiannya baru saya dapat sekitar pukul 22.35 WIB, di mana saat itu sedang bersilaturahmi ke kawan lama Ndan Mamase Brotoseno, pentolan aktivis senior tahun 89/90 yang kini menepi di kawasan yang asri daerah Majegan Pandowoharjo Sleman Yogyakarta.

Informasi itu tidak hanya mengubah 180 derajat obrolan santai membicarakan keluarga hingga mengulas dan menganalisa peserta pemilu 2024 menjadi senyap, tetapi menjadi duka yang tak tergambarkan dalam untaian kata.

Gawai pribadi saya pun tak henti-hentinya mendapat pesan berantai ikhwal berpulangnya almarhum, lengkap dengan foto dari grup-grup WA yang menggambarkan suasana di rumah duka almarhum di Jln Bangka IX no 49R Jakarta Pusat.

Dari berbagai catatan di Facebook dan berbagai platform medsos serta berita media cetak dan televisi swasta nasional bahkan internasional, kepergian almarhum RR sapaan familiar buat semua kalangan berduka.

Banyak sudah testimoni tentang kiprah dan portofolio almarhum yang begitu banyak memberi inspirasi, terutama sikap kritisnya kepada penguasa. Tentang komitmen dan kecintaannya pada ikhtiar perubahan perbaikan nasib bangsa dan negara, pun kepedulian mendiang Rizal Ramli terhadap nasib rakyat banyak.

Kepergian almarhum bukan hanya menjadi duka keluarga, tangis penulis, tapi menjadi duka seluruh bangsa Indonesia.

Bagi saya yang saat almarhum berpulang ke Rahmatullah, terpisahkan jarak 520 kilometer tak bisa menahan sedih dan air mata.

Saya bersedih dan berduka sedalam-dalamnya. Sambil dalam hati berucap serta bersaksi menorehkan kesan.

Saya bersaksi almarhum orang baik. Insha Allah husnul khatimah, Surga untuk mu, Elang Rajawali, guru kebaikan bagi perjalanan sejarah kehidupan saya. Al Fatihah.

Yogyakarta, 03 Januari 2024

—-
Ditulis oleh: MS Gibran


TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini