Indonesiadaily.net – Masalah polusi plastik semakin membesar usai miliaran masker wajah dan sarung tangan sekali pakai yang diproduksi selama pandemi mengancam kehidupan satwa liar di masa depan.
Bukan sebentar dan sementara, tetapi sebuah studi yang menggunakan pengamatan berbasis komunitas dari seluruh dunia menemukan bahwa masker wajah sekali pakai dan sarung tangan plastik dapat menimbullkan risiko berkelanjutan bagi satwa liar selama puluhan bahkan ratusan tahun.
Hal itu disebabkan, masker wajah sekali pakai yang membutuhkan waktu hingga 450 tahun untuk terurai. Sementara produksi benda-benda tersebut sepanjang pandemi ini sangat masif.
Masker sekali pakai berbahaya bagi satwa liar. Salah satu ancaman yang paling umum adalah banyak satwa yang terperangkap dalam benda-benda itu. Tak sedikit satwa yang akhirnya berakhir mati.
“Pada akhirnya, kami benar-benar tak tahu seberapa besar masalah sampah pandemi. Tapi penelitian ini memberi kami gambaran tentang keragaman spesies yang terpengaruh,” ungkap Dr Alex Bond, rekan penulis dalam studi ini.
Dengan perkiraan permintaan global lebih dari 129 miliar masker per bulan pada puncak pandemi, efek limbah pandemi akan menjadi lebih jelas, karena semakin banyak plastik yang masuk ke ekosistem kita, termasuk berdampak pada satwa liar.
“Alat pelindung diri membanjiri sistem pengelolaan limbah kami di hari-hari awal pandemi. Sekarang kami bahkan tak bergeming melihat masker wajah biru di tanah. Itu dengan cepat menjadi bagian sehari-hari di lingkungan kita,” kata Alex.
Sayangnya, ketika sampah meningkat, satwa liar pun juga ikut menanggung dampaknya. Misalnyanya saja seekor burung camar yang mengalami kesulitan berjalan karena masker yang tersangkut di kakinya.
Burung robin Amerika juga ditemukan mati setelah terjerat di masker wajah. Ada juga masker yang dimakan oleh penguin Magellan di Brasil dan diyakini menyebabkan kematian burung tersebut.
Sekalipun bukan penyebab langsung kematian, sampah-sampah masker sekali pakai itu dapat melemahkan satwa liar dan membuat mereka lebih rentan terhadap cedera fatal.
Contohnya burung terjerat masker akan terbatas kemampuannya untuk melarikan diri, membuat mereka berpotensi tertabrak atau tak mampu terbang.
Selain burung, masker dan sarung tangan plastik juga berdampak pada kelelawar, kepiting, landak, dan berbagai satwa liar lainnya.
Dikutip dari Phys, Jumat 12 Agustus 2022 penelitian ini menggunakan 114 data pengamatan dari seluruh dunia.
Di mana peneliti menemukan 83 persen burung terdampak, mamalia 11 persen, sementara 3,5 persen invertebrata dan 2 persen ikan terpapar limbah.
Jumlah tersebut menurut peneliti baru mewakili sebagian kecil dari dampak limbah Covid-19 terhadap satwa liar yang kemungkinan jauh lebih besar.
Lebih lanjut, studi juga mengungkapkan sebanyak 42 persen satwa liar terjerat limbah pandemi itu.
Sementara 40 persen kasus lainnya, masker wajah dan sarung tangan digunakan oleh satwa liar untuk membuat sarang.
“Banyak burung membangun sarang dari benda-benda berserabut. Sayangnya banyak sampah memiliki karakteristik yang sama, terutama benda-benda seperti masker yang punya tali. Ketika itu dibawa kembali ke sarang dapat menimbulkan risiko terjerat yang signifikan bagi satwa dan juga anak-anaknya,” terang Alex.
Meski penelitian yang dilakukan masih terbatas, namun studi bisa memberikan wawasan tentang bagaimana pandemi akan terus memengaruhi lingkungan.
Selain itu studi juga menunjukkan bahwa komunitas ilmuwan dapat diandalkan untuk membantu mengingatkan orang lain mengenai permasalahan ini.
Penelitian tentang efek buruk masker sekali pakai dan sampah medis selama pandemi terhadap satwa liar ini telah dipublikasikan di jurnal Science of The Total Environment. (*)
Editor : Pebri Mulya