Selasa, Januari 14, 2025

Australia Kedatangan Pesawat Pengebom dari AS, Ini Respon Indonesia

Indonesiadaily.net – Australia akan kedatangan pesawat pengebom strategis B-52 yang berkemampuan nuklir dari militer Amerika Serikat. Hal ini pun mendapatkan respon dari Indonesia.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia Duta Besar Teuku Faizasyah mengatakan, hal tersebut menjadi tantangan tersendiri di kawasan.

“Ini menjadi perhatian Indonesia. Kami lihat bahwa keamanan Indo-Pasifik menjadi komitmen bersama negara-negara kawasan. Indonesia ingin negara-negara kawasan menciptakan situasi yang stabil,” ujarnya.

Sebelumnya, program investigasi “Four Corners” ABC pada Senin melaporkan Washington mengaku rencana pengerahan pesawat B-52 itu sebagai misi rotasi jangka panjang.

Selain itu, untuk mengubah Northern Territory (Wilayah Utara) Australia menjadi pusat militer penting dalam kebuntuan AS dengan China.

Menurut laporan tersebut, Pentagon berusaha membangun fasilitas operasi skuadron, yang akan mencakup pusat pemeliharaan dan area parkir yang cukup untuk enam unit pesawat B-52 di pangkalan udara Tindal, Australia.

Baca Juga  Ekonomi Indonesia Diyakini Masih Jauh dari Resesi

Perluasan pangkalan udara tersebut ditargetkan selesai pada akhir tahun 2026 dengan menelan biaya hingga USD100 juta.

“Fasilitas baru diperlukan untuk mendukung operasi strategis dan untuk menjalankan beberapa latihan 15 hari selama musim kemarau Northern Territory untuk penempatan skuadron B-52. Kerja sama udara yang ditingkatkan antara Australia dan AS telah dibahas selama pertemuan tingkat menteri AUSMIN [Australia–US Ministerial Consultations] tahun lalu, tetapi sementara kedua pihak sepakat tentang pengerahan bergilir pesawat AS dari semua jenis,” bunyi laporan media Australia tersebut.

Dalam pertemuan AUSMIN tahun lalu tidak ada konfirmasi resmi tentang rencana untuk mengerahkan pesawat pengebom nuklir B-52 di Tindal.

“Kemampuan untuk mengerahkan pesawat pengebom Angkatan Udara AS ke Australia mengirimkan pesan yang kuat kepada musuh tentang kemampuan kami untuk memproyeksikan kekuatan udara yang mematikan,” kata Angkatan Udara AS kepada program investigasi ABC tersebut.

Baca Juga  Di Indonesia Tidak Ada Stadion Berstandar FIFA, Berikut Penjelasannya

China telah mengecam rencana AS tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri-nya, Zhao Lijian, mengatakan dengan mengirim pesawat pengebom ke Australia, AS telah meningkatkan ketegangan regional.

“Secara serius merusak perdamaian dan stabilitas regional, dan dapat memicu perlombaan senjata regional,” katanya.

“Kerja sama pertahanan dan keamanan antara negara mana pun harus kondusif bagi perdamaian dan stabilitas regional dan tidak menargetkan atau merugikan kepentingan pihak ketiga,” lanjut dia.

Zhao mengatakan Beijing mendesak semua negara yang terkait untuk meninggalkan pemikiran zero-sum Perang Dingin yang usang dan konsep geopolitik yang sempit.

“Fokusnya seharusnya lebih berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas regional dan meningkatkan rasa saling percaya,” katanya.

Baca Juga  Bangun Infrastruktur, Pemerintah Beri Dukungan Kepada PSSI

Hu Xijin, mantan pemimpin redaksi Global Times yang dikelola Partai Komunis China (PKC), mengeluarkan peringatan yang tidak menyenangkan kepada Australia.

Menurutnya, Australia perlu menanggung risiko dari langkah Amerika tersebut.

“Rudal Dongfeng PLA pasti terbang lebih cepat daripada pesawat pengebom B-52,” tulis Hu di Twitter.

“Jika Australia ingin menjadi ‘Guam besar’, maka Australia harus menanggung risiko strategis yang setimpal,” lanjut dia. (*)

 

Editor : Pebri Mulya


Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles

Perumda Tirta Kahuripan

Djarum Foundation

Pemkab Bogor