Indonesiadaily.net – Indonesia ternyata masih menyimpan potensi ‘harta karun’ jumbo berupa sumber daya minyak dan gas bumi (migas). Potensi harta karun migas ini berada di Area Warim, Papua, yang diklaim lebih besar jika dibandingkan dengan yang ada di Blok Masela, Maluku.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan potensi gas jumbo di Blok Warim 2 kali lipat lebih besar daripada Blok Masela.
Potensi gas di area Warim sendiri diketahui mencapai 47 triliun kaki kubik (TCF). Sementara, untuk potensi minyak nya dapat mencapai 27 miliar barel per hari.
“Warim itu bisa hampir dua kali Masela bisa juga kita ketemu cadangan minyak yang mungkin diduga 27 miliar barel. Jadi kaya sekali negerimu ini. Ngapain ribut-ribut,” kata Luhut.
Luhut menyadari meski mempunyai potensi yang cukup besar area yang berlokasi di wilayah perbatasan dengan Papua Nugini tersebut mempunyai tantangan tersendiri. Salah satunya lantaran berada di dalam area hutan nasional lorentz.
“Ya nanti kalau memang betul ada 27 miliar barel bisa dilakukan pengeboran miring juga jadi gak ada masalah,” ujar Luhut.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa banyak perusahaan besar kini mengincar untuk mengelola Blok Warim. Ini menyusul mulai dilelangnya wilayah yang berada di Papua tersebut baru-baru ini.
Menurut Arifin, setidaknya ada beberapa perusahaan yang sudah tertarik untuk melihat data potensi di Blok Warim. Ia pun berharap perusahaan perusahaan tersebut mempunyai pendanaan yang mumpuni untuk mengelola blok jumbo tersebut.
“Ya perusahaan besar dong (melihat data), yang mampu di daerah-daerah sulit, yang kemudian punya kemampuan besar. Karena kalau kita kasih yang gak mampu dia cari lagi partner, akhirnya jadi mahal jadi lama, makanya kita harus nyari jodoh harus pinter-pinter,” kata Arifin.
Sementara, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji mengatakan saat ini pihaknya telah membagi Blok Warim menjadi dua Wilayah Kerja (WK) yakni Akimeugah 1 dan Akimeugah 2. Kedua WK tersebut diklaim sudah dilelang kepada beberapa perusahaan yang tertarik.
“Akimeugah 1 dan 2 sudah kita lelang,” jelasnya.
Di samping itu, persoalan wilayah Blok Warim yang sebelumnya bersinggungan dengan Taman Nasional Lorentz yang dilindungi oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) juga sudah selesai. Ini lantaran Kementerian ESDM memotong bagian wilayah yang bersinggungan dengan Taman Nasional Lorentz sebesar 10%.
“Nah itu ada ekstra 10% yang kita potong saja itu. Supaya tidak menjadi permasalahan dengan lingkungan (KLHK), termasuk UNESCO juga,” terang Tutuka.
Meski demikian, ia memastikan bahwa potensi migas yang mungkin didapatkan tidak berkurang signifikan karena berkurangnya luas wilayah. Pasalnya Blok Warim masih menyimpan potensi migas yang cukup besar.
“Giant dia, gede. Jadi di Warim itu di Akimeugah itu ada yang gas, ada yang minyak. Besar, bukan ukuran kecil,” tandasnya.
Sebelumnya, Deputi Eksplorasi Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara membeberkan kegiatan eksplorasi di area Warim sempat terhenti lantaran area tersebut telah ditetapkan sebagai Taman Nasional Lorentz. Padahal potensi migas di wilayah tersebut ditemukan sebelum adanya penetapan Taman Nasional Lorentz.(*)
Editor : Nur Komalasari