Indonesiadaily.net – Jika NATO terlibat lebih dalam di kawasan Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin menentukan hal tersebut akan menyebabkan bahaya yang serius. Apalagi, kalau anggota aliansi itu terus memasok persenjataan militer ke Kyiv.
“NATO, tentu saja, ditarik ke dalam perang di Ukraina, apa yang kita bicarakan di sini. Pasokan persenjataan militer berat ke Ukraina sedang berlangsung, mereka sekarang mempertimbangkan untuk memberikan jet kepada Ukraina,” kata Vladimir Putin di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg, pada akhir pekan lalu.
Komentar itu sepertinya komentar tentang adanya jet tempur F-16 yang dibuat beberapa anggota aliansi NATO untuk memasok Ukraina.
NATO, atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara, dibentuk setelah Perang Dunia II untuk mempertahankan negara-negara Barat dari Uni Soviet dan aliansi tersebut berisi klausul pertahanan timbal balik di mana serangan terhadap salah satu anggota dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota.
Ukraina yang merupakan bukan anggota NATO, telah di patok beberapa tank, kendaraan lapis baja, dan persenjataan lainnya oleh anggota NATO. Tank Leopard 2 Jerman, tank Challenger 2 Inggris, dan kendaraan Bradley dan Stryker Amerika termasuk di antara peralatan Barat yang telah dikirim ke Ukraina. Hal itu pun memicu adanya ancaman pembalasan dari Rusia
Pada akhir April 2023, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa sekutu dan mitra NATO mengaku telah mengirimkan lebih dari 1.500 kendaraan dan 230 tank ke negara tersebut.
Dalam pidatonya di St. Petersburg, Putin mengatakan Rusia telah menghancurkan tank “termasuk Leopard” di garis depan.
“Dan jika mereka berbasis di luar negeri, tetapi digunakan dalam pertempuran, kita akan melihat bagaimana cara menyerang mereka, dan di mana kita dapat menyerang sarana yang digunakan untuk melawan kita dalam pertempuran. Ini adalah bahaya serius yang makin menyeret NATO ke dalam konflik militer ini,” kata Putin.
Selama pidatonya di forum tersebut, Putin juga menegaskan sejumlah besar senjata nuklir Rusia akan “menjamin” keamanannya, mencatat bahwa Rusia memiliki lebih banyak senjata semacam itu daripada negara-negara NATO.
Menurut Arms Control Association, Rusia memiliki total persediaan sekitar 6.250 hulu ledak nuklir per Januari 2021, sementara AS memiliki lebih dari 5.500 dan dua negara anggota NATO lainnya, Inggris dan Prancis, masing-masing memiliki sekitar 220 dan 290 hulu ledak nuklir.
“Senjata nuklir dibuat untuk menjamin keamanan kami dalam arti luas dan keberadaan negara Rusia. Juga, kami memiliki lebih banyak senjata seperti ini daripada negara-negara NATO. Mereka mengetahuinya dan mereka terus mendorong menuju negosiasi tentang pengurangan,” kata Putin.
Pada Februari 2023, Putin mengatakan dia akan menangguhkan partisipasi Rusia dalam perjanjian pengurangan senjata nuklir New START dengan Amerika Serikat, membahayakan pakta terakhir yang mengatur dua persenjataan nuklir terbesar di dunia. Kementerian Luar Negeri Rusia kemudian mengatakan keputusan itu “dapat dibatalkan”.
Perjanjian itu membatasi jumlah senjata nuklir jarak antarbenua yang dapat dimiliki oleh AS dan Rusia. Terakhir diperpanjang pada awal 2021 selama lima tahun.
Di bawah perjanjian pengendalian senjata nuklir utama, baik Amerika Serikat maupun Rusia diizinkan untuk melakukan inspeksi terhadap lokasi senjata masing-masing. (*)