Indonesiadaily.net – Yvon Chouinard yang merupakan triliuner sekaligus pendiri perusahaan produsen pakaian outdoor Patagonia membuat gebrakan dengan menyumbangkan perusahaannya senilai US$3 miliar atau setara dengan Rp44,08 triliun (asumsi kurs Rp14.695/US$). Semua itu dilakukan untuk melawan perubahan iklim dunia.
Yvon yang dikenal sebagai pemanjat tebing sukses menjadi triliuner, bersama keluarganya memindahkan kepemilikan mereka di Patagonia ke perusahaan yang baru dibentuk, yakni Patagonia Purpose Trust dan lembaga non-profit Holdfast Collective.
Kedua entitas bertugas untuk memastikan laba yang dihasilkan Patagonia digunakan untuk melawan krisis iklim dan melindungi lahan yang belum dikembangkan di seluruh dunia.
Patagonia berharap, pertahunnya bisa menghasilkan dan menyumbangkan keuntungan sekitar US$100 juta. Namun, hal itu tergantung pada kesehatan bisnis.
Menurut catatan New York Times, perusahaan, yang didirikan Chouinard pada 1973 tersebut, sekarang bernilai US$$3 miliar. Sedangkan, Chouinard memiliki kekayaan bersih US$1,2 miliar (Rp17,63 triliun).
“Bumi sekarang adalah satu-satunya pemegang saham kami. Sementara kami melakukan yang terbaik untuk mengatasi krisis lingkungan, itu tidak cukup. Kami perlu menemukan cara untuk mengeluarkan lebih banyak uang untuk memerangi krisis sambil menjaga nilai-nilai perusahaan tetap utuh,” kata Chouinard yang merupakan triliuner, dalam surat yang dirilis di situs web perusahaan beberapa waktu lalu.
Misi perusahaan dapat ditelusuri ke awal mula kehidupan Chouinard yang sederhana.
Pada 1960-an, dia adalah seorang perintis pemanjat tebing di California yang tinggal di luar mobilnya dan memakan makanan kalengan, bahkan makanan kucing, yang dia beli seharga 5 sen per buah.
Dia juga seorang pengrajin yang membuat peralatan mendaki dan pakaian untuk dirinya dan teman-temannya.
“Saya tidak pernah ingin menjadi pengusaha,” tulis Chouinard dalam suratnya, sembari menambahkan bahwa dia baru menyadari “tingkat pemanasan global dan kerusakan ekologis, dan kontribusi kita sendiri terhadapnya” begitu dia memasuki industri pakaian jadi untuk kegiatan luar ruangan (outdoor).
Saat ini, Patagonia adalah perusahaan B, sebutan yang diberikan kepada perusahaan swasta yang memenuhi standar lingkungan, sosial, dan tata kelola tertinggi yang ditetapkan oleh Lab B nirlaba global.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, Patagonia mendapatkan bahan pakaian ramah lingkungan dan setiap tahun menyumbangkan 1% dari total penjualannya kepada aktivis akar rumput.
Dalam surat Chouinard tertulis, perusahaan berencana untuk melanjutkan upaya tersebut.
Pada 2022, sekitar 88% produknya dibuat dari bahan daur ulang atau terbarukan seperti poliester daur ulang dan kapas yang ditanam secara organik.
Tujuan publik Patagonia adalah menggunakan 100% bahan tersebut dalam produk mereka pada tahun 2025. Perusahaan mengatakan telah menggunakan 100% energi terbarukan di toko, kantor, dan pusat distribusinya.
Pada 2019, The United Nations Environment Programme (Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengakui Patagonia atas komitmennya terhadap kelestarian dan advokasi lingkungan.
Selain itu, perusahaan juga menjadi lebih blak-blakan secara politis dalam beberapa tahun terakhir, menggugat administrasi Trump pada 2017 atas rencana untuk mengecilkan beberapa monumen nasional di Utah.
“Meskipun sangat besar, sumber daya Bumi tidak terbatas, dan jelas kita telah melampaui batasnya,” tulis Chouinard. “Tapi bumi juga tangguh. Kita dapat menyelamatkan planet kita jika kita berkomitmen untuk itu.” (*)
Editor : Pebri Mulya