Indonesiadaily.net — Konstelasi dan dinamika politik Pilkada Kabupaten Bogor tahun 2024 ini makin menarik dikupas.
Berbeda dari Pilkada sebelum-sebelumnya, Pilkada tahun ini kental akan intervensi elite partai di tingkat pusat. Campur tangan pusat menginginkan koridor Koalisi Indonesia Maju (KIM) berlanjut hingga ke daerah terutama kota/kabupaten yang masuk dalam wilayah aglomerasi.
Sesuai Undang-undang Nomor 2 Tahun 2024 tentang Provinsi Daerah Khusus Jakarta (DKJ), kawasan aglomerasi metropolitan Jakarta bertujuan untuk mensinkronkan pembangunan DKJ dengan daerah sekitarnya.
Beleid ini mengatur wilayah aglomerasi 10 daerah yang berdekatan guna mengoptimalkan pembangunan.Wilayah aglomerasi yang dimaksud adalah Jabodetabekjur. Terdiri dari Daerah Khusus Jakarta, Kota dan Kabupaten Bekasi, Kota dan Kabupaten Bogor, Kota dan Kabupaten Tangerang, Kota Depok, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Cianjur.
“Untuk menyinkronkan pembangunan Provinsi Daerah Khusus Jakarta dengan daerah sekitar, dibentuk kawasan aglomerasi,” bunyi Bab IX UU DKJ Pasal 51 ayat (1)
Dalam hubungannya dengan Pilkada Kabupaten Bogor sebagai salah satu wilayah aglomerasi, campur tangan elite parpol pusat ya notabene pengusung Prabowo-Gibran begitu kuat agar program-program nasional juga berjalan berdampingan di Kabupaten Bogor. Terlebih, Kabupaten Bogor adalah halaman rumah Presiden RI terpilih Prabowo Subianto.
Maka jika mengacu kepada narasi tersebut, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Bogor haruslah dari KIM. Jika berbeda: bupatinya berseberangan paksi dengan wakilnya, diprediksi program berjalan tanpa chemistry.
Akibat cengkeraman kuat KIM di Pilkada Kabupaten Bogor, tak ayal sejumlah prediksi pun buyar. Konstelasi politik yang sebelumnya akan terjadi head to head antara pendukung Jaro Ade dengan Rudy Susanto bakal berakhir antiklimaks. Rudy Susmanto fix direkomendasikan DPP Partai Gerindra untuk berpasangan dengan Ade Ruhandi (Jaro Ade).
Setidaknya bocoran ‘malu-malu’ tentang paslon Rudy-Jaro telah disampaikan Ketua DPC Gerindra Kabupaten Bogor, Iwan Setiawan.
Iwan mengatakan, wakilnya Rudy dari partai KIM di Kabupaten Bogor. “Wakilnya dari KIM. Biar kompak KIM di Bogor. Kalau KIM kan anda sudah tahu siapa yang paling potensial,” ucapnya saat ditodong awak media usai acara pelantikan Anggota DPRD Kabupaten Bogor, Selasa, 27 November 2024.
“Jaro Ade ya pak dari Golkar,” tanya wartawan. Iwan pun hanya menjawab tertawa.
Kendati begitu, Iwan mengatakan bahwa paslon Rudy-Jaro belum secara tegas termuat dalam form B1KWK sebagai modal untuk mendaftarnya ke KPU.
“Yang belum hitam di atas putihnya adalah B1KWK. Jadi mungkin hari ini mungkin kita lagi ngurus,” lanjut dia.
Iwan Setiawan menyebut, DPC Gerindra akan mendaftarkan paslon Bupati dan wakil Bupati Bogor ke KPU pada Kamis 29 Agustus 2024.
“Rencana pendaftaran tanggal 29 Agustus jam 10 pagi,” jelas dia.
Jika saja kemudian Rudy-Jaro firm, tentu saja paslon yang satu ini diyakini sebagai pasangan paling kuat yang sulit dikalahkan dalam Pilkada Kabupaten Bogor tahun 2024. Istilah ‘melawan kotak kosong’ pun mewacana.
Pertama, hasil survei simulasi elektabilitas pasangan Cabup/Cawabup pilihan masyarakat Kabupaten Bogor yang dirilis Lembaga Survei Visi Nusantara Maju (LS Vinus), mayoritas masyarakat Kabupaten Bogor menginginkan pasangan Jaro Ade-Rudy Susmanto (35,94%), kedua Jaro Ade-Elly Rachmat Yasin (16,38%), Jaro Ade-Agus Salim (11,94%). Sedangkan jika dipasangkan Rudy-Elly, hanya menempati hasil di posisi ke-9 (2,19%).
Kedua, secara statistik di atas kertas, gabungan suara KIM di parlemen Kabupaten Bogor hasil Pemilu Maret 2024 lalu juga unggul telak. Partai Gerindra (12 kursi), Partai Golkar (7 kursi), Partai Demokrat (6 kursi), PAN (2 kursi) ditambah empat partai non-parlemen yaitu PBB, Partai Gelora Indonesia, PSI, dan Partai Garuda.
Kembali kepada soal KIM dan kepentingan aglomerasi program, ada nilai plus lain jika Rudy-Jaro jadi berpasangan. Situasi proses Pilkada bakal relatif berlangsung kondusif dan landai. Tidak seperti sebelumnya terjadi banyak gesekan dan berhadap-hadapan.
Tapi politik tetap dinamis. Kendati faktanya hari ini seperti di atas, perubahan masih bisa saja terjadi sebelum terjadi deklarasi dan pendaftaran paslon ke KPU.
Pertama, pengamat politik dari Universitas Djuanda Bogor, Gotfridus Goris Seran, memberikan pandangannya tentang kemungkinan dampak dari pergeseran ini.
Seran mengungkapkan bahwa Jaro Ade berpotensi memanfaatkan kekecewaan Elly Yasin yang ditinggal oleh Gerindra.
“Ada kemungkinan begitu (dimanfaatkan kekecewaan Elly Yasin oleh Jaro Ade). Faktor kekecewaan Elly ngedorong Jaro Ade untuk kembali berpasangan seperti di awal,” ujarnya.
Seran menambahkan bahwa pasangan Jaro-Elly memiliki potensi yang lebih besar dibandingkan dengan Rudy-Elly.
Keduanya memiliki basis kekuatan yang solid di berbagai wilayah, yang dapat memberikan dampak signifikan dalam Pilkada.
Namun, Seran juga mengingatkan bahwa keputusan akhir mengenai pasangan calon masih bergantung pada otoritas DPP masing-masing partai.
“Akan tetapi ini terpulang pada otoritas DPP yang memutuskan,” jelasnya.
Kedua, Rudy-Jaro masih bisa saja batal. Sebab, friksi dan perdebatan posisi F1 dan F2 tak dipungkiri menyeruak saat informasi Rudy-Jaro berkembang di media konvensional maupun media sosial. Satu sisi, menilai Jaro Ade layak jadi F1 karena hasil yang tinggi dan lebih berpengalaman di Kabupaten Bogor. Sisi sebaliknya menilai, Rudy dinilai lebih layak karena Partai Gerindra sebagai pemenang Pemilu 2024 di Kabupaten Bogor.
(Acep Mulyana)