Rizal Ramli Kritik ‘Keras’ Kebijakan Sri Mulyani Tentang Utang Indonesia

0
258
rizal ramli capres
Rizal Ramli.

Indonesiadaily.net – Ekonom Indonesia Rizal Ramli mengkritik kebijakan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Hal itu berlandaskan pada peningkatan utang Indonesia yang signifikan pada akhir Desember 2022. Kementerian Keuangan mencatat per tanggal 30 Desember 2023, utang Indonesia mencapai Rp 7.733,99 triliun.

Angka itu meningkat pesat dibandingkan dengan jumlah di bulan November 2022 yang sebesar Rp 7.554,25 triliun atau naik Rp 179,74 triliun. Artinya, utang naik sebesar Rp 6 triliun dan rasio utang saat ini mencapai 39,57 persen terhadap PDB.

Ekonom senior, Rizal Ramli yang sebelumnya sudah memberikan peringatan agar pemerintah tidak sembarangan dalam berutang, kini menyimpulkan bahwa kehadiran Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan hanyalah menjadi beban bagi Indonesia.

“Pada waktunya akan terbuka Sri Mulyani hanya jadi beban Indonesia karena kebijakan utang jor-joran berbunga tinggi, yaitu 2 persen lebih tinggi dari negara-negara yang ratingnya sama atau lebih rendah dari RI,” tegas Menko Perekonomian era Gus Dur itu.

Menurutnya, kebijakan utang yang dilakukan oleh Sri Mulyani memiliki bunga yang lebih tinggi dua persen dibandingkan negara-negara lain yang memiliki rating yang sama. Padah beban bunga yang cukup tinggi itu, akan ditanggung oleh rakyat untuk membayarnya.

Rizal Ramli semakin kesal karena Sri Mulyai juga melakukan kebijakan yang merugikan usaha-usaha kelas menengah ke bawah dengan pajak yang tinggi.

Dia lantas membandingkan pengelolaan keuangan di era Jokowi dengan era Presiden kedua RI, Soeharto. Kala itu, arsitek utama perekonomian Orde Baru, Profesor Widjojo Nitisastro dinilai Rizal Ramli masih memiliki empati pada rakyat. Pasalnya, Menko Ekuin era Soeharto itu masih membantu membuat desain inpres SD dan sebagainya.

“Sri Mulyank benar-benar payah dan merugikan RI. Dipuja-puji media international karena memang menguntungkan kreditor-kreditor internasional (selisih bunga lebih dua persen) dan tukar-tukar iklan,” urainya.

Padahal, lanjur RR, Soeharto juga termasuk orang yang tidak terlalu mengerti masalah ekonomi. Hanya saja, Profesor Widjojo tidak pernah membohongi Soeharto dalam bekerja.

“Demikian juga Gus Dur, saya tidak pernah ngibuli Gus Dur. Di situlah integritas kaum intelektual diuji. Mentang-mentang bos ne ndak ngerti, terus kasih angin surga, membebani RI dengan utang ugal-ugalan,” tutupnya. (*)

 

Editor : Pebri Mulya


TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini