Indonesiadaily.net – Demonstran meminta Presiden baru Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, untuk pulang. Namun, dia beranggapan pulang pun akan percuma, karena rumahnya telah dibakar massa.
Wickremesinghe mengatakan, beberapa orang telah mengancam akan menggelar protes dengan menuntut agar dia pulang.
“Saya meminta Anda untuk tidak melakukan itu (pulang) karena saya tidak punya rumah untuk dikunjungi,” ucapnya.
Wickremesinghe mengatakan, menuntut dia untuk pulang hanyalah buang-buang waktu. Dia meminta para pengunjuk rasa untuk membangun kembali rumah yang telah dibakar massa.
“Tidak ada gunanya menyuruh orang yang tidak punya rumah, untuk pulang,” katanya, seperti dikutip Colombo Gazette, Senin 1 Agustus 2022.
Presiden pengganti Gotabaya Rajapaksa ini mengatakan, para pengunjuk rasa harus turut serta membangun kembali negara, dan juga membangun kembali rumahnya.
Dia menyoroti, kerusuhan telah menunda kemungkinan kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membantu menarik negara yang bangkrut keluar dari krisis ekonomi dan mendesak partai-partai politik harus bekerja sama dalam menemukan solusi permanen untuk masalah yang dihadapi oleh Sri Lanka.
Lebih lanjut dia mengatakan, tidak ada gunanya menyalahkan mantan presiden Gotabaya Rajapaksa atas krisis ekonomi. Tetapi semua harus bersama mengajak partai politik membawa negara keluar dari kekacauan ekonomi dan membayar utang.
Wickremesinghe mencatat, protes telah menunda kemungkinan kesepakatan dengan IMF yang sedang berlangsung setelah ia mengambil alih tugas sebagai Perdana Menteri.
“Negosiasi terhenti karena ketidakstabilan di negara kepulauan itu selama beberapa minggu terakhir ketika para agitator menyerbu negara itu di saat kekurangan bahan bakar dan makanan yang ekstrem,” katanya.
Presiden menegaskan, sebelum adanya kesepakatan dengan IMF, negara-negara lain tidak bersedia menawarkan bantuan keuangan kepada Sri Lanka.
Sri Lanka perlu menemukan cara untuk membayar kembali pinjamannya karena IMF tidak akan sepenuhnya menyelesaikan masalah yang dihadapi negara tersebut. Pada 9 Juli 2022, pengunjuk rasa Sri Lanka masuk ke kediaman pribadi Ranil Wickremesinghe—saat itu menjabat sebagai perdana menteri—dan membakarnya. Massa marah dengan krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. (*)
Editor : Fenilya