Jumat, April 19, 2024

Penganut Kristen Menurun dan Islam Meningkat, Ada Apa dengan Inggris?

Indonesiadaily.net – Inggris masih identik dengan negara yang diisi orang penganut Kristen, dengan berbagai acara keagamaan dan hari raya. Namun, secara nyatanya ada beberapa perubahan drastis dari kebiasaan negara Inggris.

Melansir dari Arabic Post, Minggu 16 Januari 2023, banyak orang Inggris merayakan Natal dengan tidak melakukan kebaktian ke gereja, tetapi mereka berkumpul, bersenang-senang, dan berbelanja.

Berdasarkan catatan selama bertahun-tahun, hanya sebagian kecil orang Inggris penganut kristen yang masih rutin pergi ke gereja. Bahkan statistik dan jajak pendapat menunjukkan bahwa angka tersebut sekarang hanya sekitar 5 persen.

Penurunan kegiatan agama Kristen di Inggris juga terlihat ketika Kantor Statistik Nasional Inggris menerbitkan serangkaian angka baru dari sensus 2021 pada 30 November 2022.

Data menunjukkan, untuk pertama kalinya, bahwa kurang dari setengah populasi Inggris dan Wales mengidentifikasikan diri mereka sebagai penganut Kristen. Jumlahnya turun 13 persen dalam satu dekade atau mencapai 27,5 juta orang.

Sedangkan jumlah mereka yang mengidentifikasikan diri sebagai tidak beragama atau ateis meningkat sebesar 12 persen menjadi 22,2 juta orang.

Bahkan ketika Inggris menjadi lebih sekuler, beberapa agama pun mulai berkembang. Sensus menunjukkan, jumlah umat Islam meningkat sebesar 44 persen, dan sekarang menjadi 7 persen dari populasi. Sementara jumlah pemeluk Hindu Inggris mencapai satu juta untuk pertama kalinya di tahun 2021.

Baca Juga  Ini yang Dilakukan BSSN dari Serangkaian Kebocoran Data oleh Hacker Bjorka

Angka tersebut menunjukkan, Islam adalah agama dengan pertumbuhan tercepat di negara ini selama satu dekade terakhir. Sensus mengungkapkan peningkatan yang signifikan dalam jumlah orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai Muslim sebesar 44 persen selama sepuluh tahun terakhir.

Jumlah Muslim meningkat dari 2,7 juta orang pada 2011 menjadi 3,9 juta pada 2021, meningkat 1,2 juta Muslim dalam 10 tahun, dan Muslim sekarang merupakan 6,5 persen dari total populasi Inggris.

Apa arti pergeseran ini?

Perubahan ini mencerminkan perubahan demografis yang signifikan, dengan angka yang menunjukkan bahwa satu dari enam orang yang disurvei lahir di luar negeri, dibandingkan dengan satu dari 10 orang pada dekade lalu. Saat ini bahkan ada 3 kota ‘mayoritas-minoritas’: Birmingham (51,4 persen), Leicester (59,1 persen) dan Luton (54,8 persen).

Jika kemerosotan terus meningkat, sekularisasi akan melambat.

Baca Juga  Stuntman Kecelakaan, Fast & Furious 9 Didenda Rp 15 Miliar

Menurut The Economist, para pendatang cenderung menghidupkan kembali semua agama. Inilah sebabnya kehadiran gereja lebih baik di London daripada di tempat biasa. Skotlandia menjadi wilayah yang yang paling tidak sekuler, begitu pula dengan Wales jadi paling banyak, dan sensus ditunda satu tahun karena pandemi.

Tetapi apakah angka yang belum pernah terjadi sebelumnya ini benar-benar mengubah sesuatu?

Statistik ini dapat mempengaruhi diskusi tentang pembiayaan pemerintah untuk sekolah-sekolah agama. Ada kehawatiran bahwa sekolah agama non-Kristen dapat menentang ‘segregasi rasial.’ Sekolah Hindu, misalnya, cenderung hanya diisi oleh anak-anak imigran dari negara-negara Asia Selatan.

Apakah sudah waktunya untuk mengakhiri hubungan antara agama dan negara di Inggris? Kelompok-kelompok yang berkampanye melawan hak istimewa beragama, seperti Asosiasi Sekuler Nasional Inggris, menggunakan momen-momen seperti itu untuk berargumen bahwa inilah saatnya untuk memutuskan hubungan antara gereja dan negara. Partai Buruh mengusulkan untuk menghapuskan semua Dewan Bangsawan dan Uskup.

Mantan ketua Partai Buruh Inggris, Jeremy Corbyn, menyambut keragaman etnis dan agama yang berkembang dari Inggris, dengan mengatakan itu adalah sesuatu yang layak untuk dirayakan.

Baca Juga  Lima Pemain Arsenal yang Masa Depannya Menggantung

“Saya harus memotivasi kita semua untuk membangun masyarakat di mana setiap orang dapat hidup dengan nyaman, tanpa melihat tempat lahir, latar belakang, atau kepercayaan,” ujarnya.

Sementara Dewan Muslim Inggris (MCB) meyakinkan pertumbuhan populasi Muslim Inggris adalah aset nasional strategis bagi negara tersebut. Meskipun angka itu juga menimbulkan kekhawatiran tentang tingkat kemiskinan yang terus dialami masyarakat.

Dalam sebuah pernyataan, MCB mengatakan penambahan begitu banyak pemuda Muslim ke angkatan kerja Inggris akan memberikan dorongan ekonomi.

“Sementara bangsa kita memiliki populasi yang semakin menua, kontribusi tenaga kerja populasi muda Muslim tetap menjadi aset nasional yang strategis. Dalam satu dekade terakhir telah terlihat lebih banyak Muslim generasi kedua dan ketiga, yang yakin akan keyakinan dan tempat kita di masyarakat, memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pemulihan ekonomi dan vitalitas bangsa kita,” kata Sekretaris Jenderal MCB Zara Mohammed, dilansir dari Middle East Eye, Rabu 30 November 2022. (*)

 

Editor : Pebri Mulya


Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles