Kenapa Indonesia Tidak Mencetak Uang Sebanyak-banyaknya untuk Bayar Utang?

0
172
mencetak uang banyak
Petugas memindahkan tumpukan uang rupiah di Cash Center Bank BNI, Jakarta, 10 Juli 2020. Tempo/Tony Hartawan

Indonesiadaily.net – Kenapa Indonesia tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya untuk membayar utang luar negeri?

Namun, ternyata tidak semudah itu perhitungannya. Karena, negara tidak bisa sembarangan mencetak uang.

Diketahui, utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal-II 2022 tercatat sebesar US$403,0 miliar atau Rp5.919,2 triliun (kurs Rp14.688/US$).

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), data tersebut menurun dibandingkan dengan ULN pada kuartal sebelumnya, yang mencapai US$ 412,6 miliar.

Mengutip akun resmi Instagram @bank-indonesia, Senin 22 Agustus 2022, berdasarkan UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Bank Indonesia memang disebutkan memiliki tugas dan kewenangan Pengelolaan Uang Rupiah, di antaranya perencanaan, pencetakan, pengeluaran, dan pengedaran.

Ada beberapa pertimbangan setiap kali mencetak Rupiah baru. Seperti kebutuhan likuiditas perekonomian, mengganti uang lusuh, denominasi sesuai, dan lain sebagainya.

Berikut tiga hal yang akan muncul jika negara mencetak uang sebanyak-banyaknya:

Nilai Uang akan Turun

Bukannya utang terbayar, tetapi jika pemerintah mencetak uang sebanyak-banyaknya malah akan berdampak pada turunnya nilai uang itu.

Hal ini karena banyaknya uang yang beredar, yang tidak diikuti dengan semakin banyaknya barang di pasar, maka akan membuat harga barang tersebut akan menjadi mahal.

Alhasil, nilai uang yang sudah dicetak banyak, justru turun bahkan bisa jadi tidak bernilai lagi (tidak berarti).

Inflasi Melonjak

Dampak lain jika negara mencetak uang sebanyak-banyaknya dengan alasan untuk membayar utang adalah akan mendorong laju inflasi. Menurut Bank Indonesia, Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.

Jika pemerintah terlalu banyak mencetak uang maka harga produk akan semakin cepat naik. Kenaikan harga ini terjadi pada sebagian besar barang dan jasa, secara terus menerus atau dalam kurun waktu tertentu. Sama halnya dengan uang, peredaran jumlah uang dan barang yang beredar haruslah seimbang.

Bisa Mendorong Utang Baru

Uang yang dicetak tidak ditopang komoditas, bisa menimbulkan masalah karena tidak ada pertambahan aset sebab, pemerintah tidak punya apa-apa untuk membayar utang tersebut.

Begitu pula dengan mencetak uang, mencetak uang tidak boleh untuk kebutuhan membayar utang negara saja. Bukannya terbebas dari kemiskinan, pencetakan uang yang banyak dan tak terkendali, justru bisa membuat utang negara bertambah.

Itulah alasan mengapa negara termasuk Indonesia tidak boleh mencetak uang sebanyak-banyaknya untuk membayar utang luar negerinya.

Untuk membayar utang luar negeri, suatu negara harus dapat mengukur populasinya dan bekerja secara produktif memanfaatkan kekuatan dan potensi negara seperti sumber daya alam, komoditas, wisata, dan sebagainya. (*)

 

Editor : Pebri Mulya


TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini