Indonesiadaily.net – Kelangkaan beras belum usai di beberapa daerah hingga berdampak naiknya harga bahan pokok tersebut. Sehingga masyarakat menjerit dengan harga beras yang selalu naik.
Menanggapi hal tersebut Analis Kebijakan Pangan Syaiful Bahari mengatakan gejala krisis beras nasional sebenarnya sudah dimulai di akhir tahun 2022 dan awal 2023.
“Krisis tersebut ditandai oleh menurunnya hasil produksi beras nasional dari tahun-tahun sebelumnya dan menipisnya cadangan beras pemerintah (CBP) yang tinggal 250 ribu ton di akhir 2022,” kata Syaiful Bahari ketika dihubungi Indonesiadaily.net, Selasa (3/10/2023).
Ia menuturkan kebutuhan beras nasional tiap bulan rata-rata 2,5 juta ton.
Dalam situasi seperti itu pemerintah tetap optimis cadangan beras nasional akan bertambah seiring adanya hasil panen raya di awal 2023.
“Padahal prediksi panen di 2023 banyak yang gagal dan produksi terus menurun,” tutur Syaiful Bahari.
Alhasil sambung dia pasokan beras nasional jauh di bawah kebutuhan konsumsi nasional yang sebesar 30 juta ton per tahun. Sehingga kebutuhan beras nasional kurang sebab kebutuhan setiap hari 2,5 juta ton beras.
“Untuk mengatasi dsfisit beras nasional Bulog hanya berpikir impor, padahal negara-negara eksportir sekarang ini sudah menutup diri atau membatasi ekspor beras untuk berjaga-jaga nb keamanan pangan di negaranya,” tuturnya.
Masalahnya, beras yang diimpor sejak awal 2023 sejumlah 2,5 juta ton untuk bansos dan stabilisasi harga beras melalui operasi pasar tidak akan cukup dan menurunkan harga beras.
“Angka itu terlalu kecil untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras nasional, seperti menggarami air lautan,” ulasnya.
Ia mengatakan terjadinya kelangkaan dan harga beras naik semua ini akibat kesalahan pemerintah yang selalu membangga-banggakan data hasil panen dan produksi beras.
Padahal data tersebut dengan realitas di lapangan jauh dari kebenaran.
“Akhirnya untuk menutupi kesalahan tersebut Elnino yang dijadikan kambing hitam.Padahal sejak awal pemerintah sudah mengetahui akan terjadi krisis pangan global, perang Rusia versus Ukrainia, dan ancamana Elnino,” kata dia.
“Tetapi dari awal tidak ada kebijakan mitigasi yang massif untuk menghadapi semua ancaman tersebut,” tuturnya.
Buktinya sambung pria yang menjabat Ketua Industri Beras Rakyat negara-negara lain sudah mempersiapkan ancaman krisis pangan khususnya beras dari jauh-jauh hari memperkuat cadangan pangan nasionalnya.
“Sementara pemerintah Indonesia hanya sibuk membangun mega infrastrktur yang tidak jelas dampaknya ke masyarakat,” ungkapnya.
Penulis :M.Yadi
Editor : Nur Komalasari