Indonesiadaily.net – Google DeepMind, sebuah laboratorium riset kecerdasan buatan (AI) sedang mengembangkan teknologi bernama Gemini, sebuah sistem model bahasa besar generasi terbaru yang inovatif.
Google DeepMind sempat menarik perhatian publik pada 2016 silam, karena program AlphaGo miliknya berhasil mengalahkan juara permainan papan “Go”.
Disebutkan, Gemini adalah kombinasi dari kemampuan AlphaGo dengan model bahasa yang lebih canggih dari GPT-4, teknologi di balik ChatGPT milik OpenAI.
Menurut CEO DeepMind, Demis Hassabis pada wired.com, fitur khas Gemini terdapat pada algoritma reinforcement learning dan search tree yang memberi pembaruan kinerja terkait pemecahan masalah dan perencanaan. Ia mampu menciptakan output di luar training set-nya.
Sejak muncul ke permukaan pada Mei 2023, Gemini saat ini masih berada dalam masa pengembangan dan pelatihan selama beberapa bulan lagi.
Hassabis pun mengklaim Gemini akan lebih kuat daripada GPT-4. Melansir the-decoder.com, model bahasa besar itu mungkin akan sangat efisien dalam integrasi tools dan API berkat keterampilan “multi-modal” yang belum tampak pada model-model sebelumnya.
Gemini dapat menangani data atau tugas apa pun tanpa memerlukan model khusus, sehingga dianggap berbeda dan lebih baik dari GPT-4. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Gemini juga bakal memiliki potensi untuk menawarkan respons lebih kreatif dengan konten ‘di luar skrip’ yang tidak dibatasi oleh data pelatihannya saja, melainkan juga berdasar pada struktur yang ia pelajari selama pelatihan.
Dilansir tech.co, Gemini diharapkan memperoleh keunggulan kompetitif karena bersifat “multi-modal” alias tak terbatas hanya pada modalitas tunggal. Ia akan mampu membuat keluaran dalam berbagai format yang berbeda, termasuk teks, gambar, dan audio.
Walaupun GPT-4 saat ini sudah sampai pada kemampuan memproses video, aplikasi itu hanya mampu menghasilkan teks sehingga membuatnya kurang siap dalam menangani permintaan lanjutan dibanding Gemini.
Pengembangan Gemini diperkirakan menelan biaya puluhan hingga ratusan juta dolar sebagai respons kompetitif Google terhadap ChatGPT dan berbagai teknologi AI generatif. Gemini pun dinilai dapat secara signifikan membentuk strategi Google di arena persaingan AI. Sebelumnya, Google AI juga telah meluncurkan chatbot Bard dengan model bahasa PaLM 2 serta memasukkan AI generatif ke dalam mesin pencari dan beberapa produk lainnya.
DeepMind belum mengungkap kapan Gemini bakal dirilis secara resmi. Di sisi lain, CEO OpenAI Sam Altman turut menyatakan bahwa GPT-5 tidak akan memulai pelatihan setidaknya selama enam bulan ke depan dengan peluncuran yang mungkin berlangsung pada 2024.
Seiring pesatnya perkembangan AI, Hassabis memahami risiko besar terkait hal tersebut. Para pakar AI mengakut khawatir jika teknologi mereka kerap dieksploitasi untuk kejahatan dan makin sulit untuk dikendalikan, melansir bigtechwire.com.
Namun, potensi manfaat AI juga sangat besar demi kemajuan di berbagai bidang ilmu. Terlepas dari risikonya, Hassabis menggambarkan AI sebagai “teknologi yang paling bermanfaat bagi umat manusia” selama dimanfaatkan dengan benar.
DeepMind sendiri telah mengantisipasi potensi risiko AI dengan membentuk grup keamanan internal yang dipimpin oleh salah satu pendiri perusahaan, Shane Legg. Hassabis dan sejumlah tokoh AI terkenal lainnya kemudian menyatakan bahwa risiko terkait AI dapat dibandingkan dengan risiko perang nuklir atau pandemi. (*)