Indonesiadaily.net – Kehadiran perempuan sama pentingnya dengan kehadiran pria. Seiring berjalannya waktu, banyak perempuan yang dengan berani berhasil mendobrak nilai dan batas yang mengecilkan peranan perempuan di komunitas dan masyarakat. Beberapa dari mereka bahkan berhasil mendapatkan Nobel Peace Prize. Inilah enam perempuan hebat peraih nobel perdamaian dunia yang mendapatkan perhargaan tersebut, siapa saja?
Nobel Peace Prize merupakan bentuk apresiasi terhadap orang-orang yang karyanya telah berkontribusi signifikan terhadap resolusi konflik dan upaya persatuan dunia. Penghargaan tersebut merupakan salah satu penghargaan prestisius tingkat global. Dilansir dari Tatler Asia, berikut nama-nama perempuan tangguh yang berhasil mendapatkan Nobel Peace Prize.
1. Shirin Ebadi (2003)
Shirin Ebadi merupakan seorang politikus, pengacara, sekaligus aktivis hak asasi manusia dari Iran. Dengan jabatan yang dia miliki, Shirin bekerja keras untuk mengadvokasi hak-hak para perempuan, anak-anak, serta tahanan politik. Atas kegigihannya tersebut, Shirin menjadi perempuan pertama yang dipercaya menjadi Hakim Ketua di Iran serta perempuan Muslim pertama yang menerima Nobel Peace Prize.
2. Wangari Muta Maathai (2004)
Maathai merupakan perempuan Afrika pertama yang menerima penghargaan ini. Dia telah bekerja keras untuk mengumpulkan dana bagi Green Belt Movement, sebuah komunitas yang dipimpin perempuan dengan tujuan penanaman 20 juta pohon di negara asal mereka. Selain itu, Maathai juga berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, hak asasi manusia, serta demokrasi.
3. Tawakkol Karman, Leymah Gbowee,dan Ellen Johnson Sirleaf (2011)
Ketiga perempuan hebat ini mendapatkan Nobel Peace Prize bersama atas kerja keras mereka dalam mengkampanyekan keselamatan hak asasi perempuan di Liberia dan Yaman. Mereka juga aktif mengkampanyekan keselamatan dan hak-hak perempuan, berakhirnya pemerintahan otoriter, dan kebebasan untuk berpartisipasi dalam aktivitas peace-building.
4. Malala Yousafzai (2014)
Saat berusia 11 tahun, Malala menyita perhatian publik dengan keberaniannya memperjuangkan hak pendidikan, khususnya bagi perempuan. Dia mendokumentasikan perjuangan masyarakat yang hidup di bawah rezim Taliban yang konservatif. Empat tahun kemudian, Malala ditembak oleh Taliban dan berhasil bertahan hidup. Dia pun melanjutkan perjuangannya dan mendapatkan Nobel Peace Prize di usia 17 tahun.
5. Nadia Murad (2018)
Nadia merupakan salah satu dari enam ribu perempuan yang diculik ISIS pada tragedi pembantaian komunitas Yazidi di Iraq. Setelah melalui berbagai penyiksaan, Nadia berhasil melarikan diri dan membangun sebuah organisasi untuk membantu perempuan dan anak yang menjadi korban kekejaman. Dalam penghargaan perdamaian, Nadia diakui atas kerja kerasnya menghentikan penggunaan kekerasan seksual sebagai senjata perang.
6. Maria Ressa (2021)
Maria merupakan seorang koresponden CNN yang meliput berita terorisme di Asia Tenggara. Selain itu, dia juga jadi salah satu pemrakarsa dari Rappler, sebuah organisasi berita online yang terkenal berani dalam melindungi kebebasan pers. Dia dianugerahi Nobel Peace Prize atas persistensinya dalam memperjuangkan kebebasan pers dengan mengekspos penyalahgunaan kekuasaan dan kekerasan rezim Duterte di Filipina.(*)
Editor : Nur Komalasari