Kamis, Maret 28, 2024

Ekonomi Indonesia Diyakini Masih Jauh dari Resesi

Indonesiadaily.net – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang beranggotakan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sepakat, kondisi Indonesia masih terjaga di saat semakin memburuknya perekonomian dunia.

Ekonomi Indonesia diyakini tetap cerah dan tak ikut terjerumus ke lubang resesi ataupun stagflasi.

KSSK pun merilis beberapa data yang menggambarkan ketahanan ekonomi nasional pada Selasa 2 Agustus 2022 :

Pertumbuhan Ekonomi

Perbaikan perekonomian domestik pada triwulan II 2022 diproyeksikan terus berlanjut, hal itu ditunjang dengan peningkatan konsumsi dan investasi serta kinerja ekspor. Berbagai indikator dini pada Juni 2022 tercatat tetap baik. Indeks Penjualan Riil (IPR) tumbuh 15,4% (yoy).

Kinerja sektor manufaktur tetap positif sebagaimana tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang masih ekspansif di level 50,2 dan menguat kembali pada Juli 2022 ke level 51,3.

Tidak hanya itu, dalam Konsumsi listrik baik industri maupun bisnis juga tumbuh positif. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat ke level 128,2 dari posisi Maret 2022 di level 111,0 yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap prospek pemulihan ekonomi.

Dengan pertumbuhan tersebut, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) maupun Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi pada periode tiga bulan terakhir tumbuh di atas 5%.

“Pada kuartal I-2022 pertumbuhan ekonomi 5,01% dan kuartal II akan bertahan di atas 5%,” kata Menkeu Sri Mulyani Indrawati.

Neraca Pembayaran

Arus modal bergerak keluar alias outflow dalam beberapa waktu terakhir, Meski demikian KSSK melihat kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diprakirakan tetap kuat.

Transaksi berjalan triwulan II 2022 diproyeksikan mencatat surplus, lebih tinggi ketimbang pencapaian surplus pada triwulan I, terutama didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan, sejalan dengan masih tingginya harga komoditas global.

Pada Juni 2022 surplus neraca perdagangan tercatat mencapai USD5,09 miliar dan selama triwulan II 2022 mencapai USD15,55 miliar.

Baca Juga  MenKopUKM Jajaki Kerja Sama Bidang Pengolahan Hasil Perikanan dengan Jepang

Neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan tetap terjaga didukung oleh aliran modal masuk dalam bentuk penanaman modal asing (PMA). Sementara itu, investasi portofolio pada triwulan II 2022 mencatat net inflow sebesar USD0,2 miliar.

Namun demikian, memasuki triwulan III 2022 (hingga 28 Juli 2022), investasi portofolio mencatat net outflow sebesar USD2,05 miliar sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi. Sementara itu, posisi cadangan devisa akhir Juni 2022 masih tetap kuat, tercatat sebesar USD136,4 miliar, setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor.

Nilai Tukar Rupiah

Rupiah tak bisa terhindar dari tekanan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Seperti yang juga dialami oleh mata uang negara-negara lainnya.

Sampai 28 Juli 2022, secara year to date (ytd), nilai tukar Rupiah melemah 4,55%,. Akan tetapi relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara di kawasan, seperti Malaysia (6,46%), India (6,80%), dan Thailand (9,24%).

BI tak segan-segan mengeluarkan segenap jurus untuk stabilisasi nilai tukar rupiah yang tertekan akibat ketidakpastian global. Khususnya yang bersumber dari Amerika Serikat (AS).

“BI gak segan-segan melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah. Melindungi ekonomi inflasi kita dari tekanan dolar global. Kita intervensi,” tegas Gubernur BI, Perry Warjiyo.

Intervensi yang dimaksud bisa dilangsungkan baik di pasar spot, surat berharga negara (SBN) maupun DNDF.

Inflasi menunjukkan tren kenaikan dan menjadi perhatian khusus KSSK. Inflasi Juli 2022 tercatat 4,94% (yoy), meningkat dibandingkan Juni 2022 yang tercatat 4,35% (yoy) dan akhir triwulan I di level 2,64% (yoy).

Hal ini dikarenakan tingginya tekanan sisi penawaran seiring dengan kenaikan harga komoditas dunia dan gangguan pasokan domestik.

Sementara itu, inflasi inti tetap terjaga pada level 2,86% (yoy). Inflasi kelompok volatife food meningkat terutama oleh kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan akibat cuaca.

Inflasi kelompok administered prices meningkat dipengaruhi oleh inflasi angkutan udara. Tekanan inflasi akibat kenaikan harga energi global tidak sepenuhnya tertransmisikan pada administered price sejalan dengan kebijakan Pemerintah mempertahankan harga jual energi domestik melalui instrumen APBN.

Baca Juga  Pembunuh Anak Kandung di Depok Terancam Hukuman Mati

Dibandingkan dengan negara peers, seperti Thailand (7,7%), India (7,0%), dan Filipina (6,1%), inflasi Indonesia masih relatif moderat.

Dengan kondisi tersebut, BI memastikan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate masih dapat bertahan di level yang rendah. Sekalipun situasi Amerika Serikat (AS) agresif dalam kenaikan suku bunga acuan.

“Dasar utama kebijakan suku bunga didasarkan perkiraan inflasi inti ke depan dan keseimbangan dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian tak otomatis suku bunga bank sentral negara lain naik, suku bunga BI juga naik,” jelas Perry.

Sektor Jasa Keuangan

Kinerja sektor jasa keuangan relatif terjaga dengan intermediasi lembaga jasa keuangan yang masih tumbuh sejalan dengan kinerja perekonomian domestik. Kredit perbankan pada triwulan II 2022 tumbuh sebesar 10,66% (yoy) per Juni 2022, ditopang pertumbuhan kredit korporasi sebesar 12,87% (yoy).

Sementara, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 9,13% (yoy) di tengah giro yang tumbuh 19,57% (yoy) diikuti tabungan 12,31% (yoy).

Sejalan dengan kinerja intermediasi perbankan, penyaluran pembiayaan melanjutkan tren positif dengan pertumbuhan 5,63% (yoy) per Juni 2022 didukung pembiayaan terutama investasi dan modal kerja yang tumbuh masing-masing sebesar 19,6% dan 18,8%.

Industri perasuransian berhasil meningkatkan penghimpunan premi hingga Rp27,8 triliun pada Juni 2022 dengan premi Asuransi Jiwa Rp15,2 triliun dan Asuransi Umum Rp12,6 triliun.

Penghimpunan dana di pasar modal hingga 26 Juli 2022 mencapai Rp123,5 triliun dengan tambahan 32 emiten baru.

Sementara kinerja pasar saham masih mampu menguat 5,70% (ytd) ke level 6.898,22 per 27 Juli 2022 dan termasuk dalam bursa saham dengan kinerja terbaik di kawasan. Hal ini ditunjang dengan net buy nonresiden di pasar saham Rp58,29 triliun di tengah volatilitas pasar keuangan global.

Baca Juga  Menkominfo : Serangan Siber Bukan Tupoksi Kominfo, Tapi BSSN

“Perlu dicermati bahwa tekanan terhadap pasar keuangan global juga sudah mulai berdampak pada pasar saham domestik,” kata Ketua DK OJK Mahendra Siregar.

Hal ini terlihat dari meningkatnya volatilitas di pasar saham domestik dan kendati secara ytd nonresiden masih mencatatkan inflow sebesar Rp58,29 triliun, namun sejak bulan Mei hingga 27 Juli 2022 telah mencatat net sell sebesar Rp13,88 triliun, sejalan dengan outflow di emerging economy lainnya.

NPL gross perbankan per Juni 2022 terpantau turun menjadi sebesar 2,86%, sementara rasio NPF perusahaan pembiayaan di level 2,81%. Likuiditas perbankan memadai dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) di level 133,35% dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) di level 29,99% pada Juni 2022.

Ketahanan permodalan industri jasa keuangan memadai dengan CAR perbankan mencapai 24,69%, sejalan dengan kuatnya permodalan industri asuransi jiwa dan asuransi umum dengan Risk-Based Capital (RBC) masing-masing di level 481,01% dan 318,24%.

Rekening Nasabah

Dari penjaminan simpanan, jumlah rekening nasabah yang dijamin seluruh simpanannya oleh LPS per Juni 2022 sebanyak 99,93% dari total rekening atau setara 484,74 juta rekening. Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) perbankan dipertahankan di level 3,50% untuk simpanan dalam Rupiah dan 0,25% untuk simpanan valuta asing di Bank Umum, sedangkan untuk simpanan Rupiah di BPR tetap di level 6,0%.

Keputusan tersebut sejalan dengan laju penurunan suku bunga simpanan perbankan yang mulai terbatas, prospek likuiditas yang relatif stabil, serta optimisme terhadap perkembangan SSK terkini yang diperkuat dengan sinergi kebijakan lembaga anggota KSSK dalam mendukung pemulihan perekonomian.

“Ke depan, LPS akan terus melakukan asesmen terhadap perkembangan kondisi perekonomian dan perbankan serta dampaknya pada penetapan TBP,” kata Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa. (*)

 

Editor : Fenilya


Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles