Indonesiadaily.net – Sekarang perkembangan kecerdasan buatan (AI) belum menakutkan. Tetapi, seorang ahli berpendapat di masa depan nanti teknologi tersebut bisa memusnahkan 50 persen umat manusia.
Fisikawan dan pakar AI di Massachusetts Institute of Technology, Max Tegmark telah memprediksi masa depan di planet ini yang ternyata mengkhawatirkan.
Menurutnya, manusia sebagai spesies terpintar di Bumi, bertanggung jawab atas kematian spesies ‘lebih rendah’, salah satunya seperti punahnya burung Dodo.
Oleh karena itu, jika AI menjadi lebih pintar dari manusia, nasib yang sama seperti burung Dodo dapat dengan mudah menunggu kepunahan umat manusia, dikutip dari situs Daily Mail, Sabtu, 3 Juni 2023.
Terlebih lagi, kita tidak akan tahu kapan kematian kita di tangan AI akan terjadi karena spesies yang kurang cerdas tidak memiliki cara untuk mengetahuinya.
“Sekitar setengah dari semua spesies lain di Bumi telah dimusnahkan oleh kita, manusia, karena kami lebih pintar, mereka tidak punya kendali,” ujarnya.
Menurutnya, ketika mesin jauh lebih pintar dan manusia tidak bisa mengendalikannya, maka hal-hal buruk bisa terjadi pada manusia. Tegmark adalah salah satu orang yang ikut penandatangan pernyataan satu kalimat yang diterbitkan minggu ini yang memperingatkan risiko kepunahan AI.
Pernyataan itu berbunyi, mengurangi risiko kepunahan dari AI harus menjadi prioritas global bersama dengan risiko skala sosial lainnya seperti pandemi dan perang nuklir.
Beberapa ilmuwan top dunia berpikir bahwa dalam waktu dekat, AI dapat digunakan untuk membuat senjata otonom atau robot yang dapat membunuh –dengan atau tanpa campur tangan manusia.
Tetapi perangkat lunak AI yang tampaknya tidak berbahaya pun dapat membuat keputusan yang berakibat fatal bagi manusia jika teknologi tersebut tidak diprogram dengan cukup hati-hati.
Kembali pada tahun 2018, Tegmark memperingatkan bahwa suatu hari manusia dapat diperbudak oleh mesin cerdas yang mereka ciptakan.
Dia bahkan mengklaim pada saat itu bahwa beberapa rekannya mungkin menyambut baik kepunahan spesies oleh AI, memandang mereka sebagai keturunan alami kita.
Sudut pandang lain adalah menjaga bentuk ‘kecerdasan super’ di bawah kendali manusia ‘seperti anjing yang diperbudak’.
“Tapi Anda mungkin khawatir bahwa kita, manusia tidak cukup pintar untuk menangani kekuatan sebesar itu,” katanya dalam pembicaraan TED.
Selain dari keraguan moral yang mungkin dimiliki tentang memperbudak pikiran superior, kita harus lebih khawatir bahwa kemungkinan kecerdasan super bisa mengakali kita.
CEO Tesla, Elon Musk adalah salah satu nama dan wajah paling menonjol dalam pengembangan teknologi dan sangat blak-blakan dalam hal kekuatan AI.
Pada bulan Maret, Musk dan 1.000 pemimpin teknologi lainnya menyerukan jeda pada ‘ras berbahaya’ untuk mengembangkan AI, yang mereka khawatirkan menimbulkan ‘risiko besar bagi masyarakat dan kemanusiaan’ dan dapat menimbulkan efek ‘bencana’. (*)
Editor: Pebri Mulya