Indonesiadaily.net – Kementerian Dalam Negeri Malaysia menyita ratusan jam tangan asal Swiss, Swatch, berwarna pelangi karena dianggap mendukung kelompok lesbian, gay, bisexual, transgender, dan queer (LGBTQ) sejak Mei lalu.
Melansir dari Channel News Asia (CNA), Pemerintah Malaysia menyita 172 jam tangan Swatch dari gerai di 11 pusat perbelanjaan selama tiga hari pada Mei lalu. Gerai-gerai tersebut tersebar di Kuala Lumpur, Selangor, Johor, Penang, dan Kota Kinabalu. Sementara, lima gerai di Terengganu, Kelantan, Kedah, Johor, dan Sarawak hanya diberikan peringatan.
“Kami menyita ratusan jam tangan dan semuanya mencantumkan huruf ‘LGBTQ’ di bagian depan jam tangan itu,” ujar seorang sumber pemerintah kepada Free Malaysia Today, mengutip dari CNA.
Dilaporkan, jam tangan Swatch yang disita adalah edisi koleksi Swatch’s Pride. Sebab, warna yang digunakan pada jam tersebut bukan tujuh warna pelangi, melainkan enam warna simbol komunitas LGBT.
“Satu-satunya hal yang saya tahu terkait penyitaan itu adalah karena jam tangan tersebut memiliki simbol LGBT, bukan karena warnanya,” tegas Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim.
Menanggapi hal tersebut, CEO Swatch Group, Nick Hayek, membantah bahwa jam tangan merek perusahaannya yang disita Pemerintah Negeri Jiran merujuk pada komunitas LGBT.
“Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, Tuan Anwar Ibrahim menyatakan bahwa koleksi jam tangan warna-warni terbaru Swatch menyertakan huruf LGBT pada pelat jamnya. Tampaknya, dia salah informasi,” ujar Hayek kepada Malay Mail.
“Swatch tidak memasukkan referensi apapun terkait komunitas LGBT pada koleksi Pride tahun ini. Jam tangan warna-warni mencakup arti dari setiap warna kebanggaan (kehidupan, penyembuhan, sinar matahari, alam, harmoni, semangat) di jarum menitnya dan dua lingkaran yang membentuk pelangi,” jelas Hayek.
Namun, Swatch akan tetap memajang jam tangan yang dianggap mendukung LGBT sebagai bagian dari koleksi Pride-nya di Malaysia.
“Sesuai instruksi dari kantor pusat Swiss, kami masih akan mengisi kembali stok dan memajangnya di rak,” kata Manajer Pemasaran Swatch Malaysia Sarah Kok.
Beberapa waktu lalu, Menteri Agama Malaysia, Mohd Na’im Mokhtar, mengatakan bahwa pemerintah telah mengambil inisiatif untuk membatasi perluasan ideologi LGBT dengan melakukan program rehabilitasi. Program tersebut diselenggarakan oleh Departemen Pengembangan Islam Malaysia dan dipantau oleh Komite Khusus untuk Isu LGBT Muslim di Indonesia.
“Komite akan bertemu minimal setahun sekali atau sesuai kebutuhan. Ini terdiri atas kementerian, departemen, lembaga, dan LSM yang akan mengkoordinasikan isu-isu LGBT yang muncul di kalangan umat Islam dalam aspek pendidikan dan advokasi, dakwah (penyebaran Islam), dan bimbingan dan penegakan,” kata Mr Mohd Na’im dalam balasan tertulis parlemen.(*)
Editor : Nur Komalasari