Indonesiadaily.net – Siapa yang tidak kenal dengan merek sepatu Bata? Merek sepatu ini banyak dicari saat musim liburan sekolah tiba. Harga murah, kualitas baik dan mudah didapat menjadi alasan orang membelinya. Namun, tahukah Anda kalau ternyata merek sepatu Bata bukan produk Indonesia?
Orang Indonesia familiar dengan merek sepatu ini. Apalagi, kata “Bata” terdaftar sebagai kosa kata dalam KBBI yang berarti “benda yang berbentuk persegi panjang seperti kotak atau peti kecil”.
Contohnya adalah batu bata, bata garam, batako, dan sebagainya. Atas dasar inilah orang-orang mengira Bata adalah produk dalam negeri, apalagi faktanya memang pabrik sepatu itu berada di Kalibata, Jakarta Selatan.
Bukan dari Indonesia, merek sepatu Bata merupakan produk Eropa, tepatnya dari Ceko. Kata “Bata” justru diambil dari pendiri sekaligus pembuatnya, yakni Tomas Bata.
Tomas adalah pengusaha asal Ceko. Bermodalkan pinjaman ibu sebesar 350 USD, dia dan saudara-saudaranya mendirikan pabrik sepatu Bata di Zlin pada 24 Agustus 1894.
Sejak itu, dia kerap berkelana mencari inspirasi pembuatan sepatu. Ia pun belajar mencari mesin pembuat sepatu.
Tercatat dia mengunjungi New England (Amerika Serikat/AS) untuk belajar membuat sepatu dengan mendaftarkan diri menjadi buruh sepatu pabrik. Barulah ketika sudah cukup ilmu dia kembali ke Ceko untuk mempraktikan seluruhnya.
Beruntung, ketika Tomas pulang kampung, Eropa mengalami perang yang dikenal sebagai Perang Dunia I (1914-1918). Berkat peristiwa itu, Bata mendapat order sepatu tentara dalam skala besar.
Menurut The Encyclopedia of the Industrial Revolution in World History (2014), diketahui Bata mampu memproduksi 50 ribu sepatu selama periode perang. Dari keuntungan itu Bata mampu berekspansi ke berbagai negara.
Bata memulai dari Swiss, lalu ke Inggris, Prancis, Belanda, Kanada, sampai negeri di Timur bernama Hindia Belanda. Jejak Bata di Hindia Belanda terdeteksi pada 1931 lewat pendirian gudang impor sepatu Bata di Tanjung Priok.
Sebagaimana dipaparkan Entrepreneur Extraordinary: Biography of Tomas Bata (1968), lisensi perusahaan Bata dipegang oleh NV Nederlandsch Indische Schoenhandel Maatschappij Bata.
Sayang, Tomas tidak bisa melihat kesuksesan Bata di Hindia Belanda dalam waktu lama karena terpaksa meregang nyawa di kecelakaan pesawat pada 1932.
Setelah Tomas meninggal dunia, bisnis Bata dijalankan oleh sang anak. Di Hindia Belanda, Bata rupanya sukses menjadi ‘raja sepatu’ usai mendirikan pabrik sepatu Bata di Kalibata, pada 1939.
Sejak itulah Bata tetap eksis hingga sekarang. Bahkan, di masa-masa sulit pun Bata tidak tutup.
Tak hanya dimiliki rakyat jelata, Soekarno pun tercatat menjadi pengguna sepatu Bata. Menurut kesaksian ajudannya, Maulwi Saelan dalam memoar berjudul Dari Revolusi ’45 sampai Kudeta ’66: kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa (2001), diketahui proklamator itu punya 3 dus sepatu Bata berisi 3 pasang sepatu untuk olahraga.
Eksistensi Bata pun tetap bertahan hingga saat ini. Produk Bata di seluruh dunia berada di bawah jaringan internasional Bata Shoe Organization.
Di Indonesia, lisensi Bata dipegang oleh PT Sepatu Bata Tbk (BATA). Merk ini juga memegang lisensi untuk merek lainnya, seperti North Star, Power, Bubblegummers, Marie-Claire, dan Weinbrenner.(*)
Editor : Nur Komalasari