Indonesiadaily.net – Jerman terancam bangkrut. Hal tersebut diutarakan Wakil Ketua Parlemen Jerman Bundestag, Wolfgang Kubicki.
Menurutnya, Jerman bisa menjadi negara disfungsional dan bangkrut jika gagal menangani krisis energi.
Kepada surat kabar Jerman Bild am Sonntag, Kubicki mengatakan, Jerman terancam bangkrut karena biaya untuk belanja impor energi dari negara-negara di luar Rusia membengkak.
“Jika kita terus seperti itu dan ingin memberikan bantuan energi selama bertahun-tahun, maka kita bisa menghadapi kebangkrutan negara daripada sosialisme negara. Banyak orang merasa bahwa Jerman sedang dalam perjalanan untuk menjadi negara disfungsional. Infrastruktur, pemerintahan, harga energi, dan ketidakmampuan Bundeswehr (angkatan bersenjata) untuk mempertahankan negaranya- kita harus mengambil tindakan balasan- jika tidak, hal-hal bisa salah,” katanya dikutip kantor berita Lebanon, Al Mayadeen.
Jerman mulai membatasi impor gas Rusia dengan beberapa paket sanksi setelah Moskow menyerang Ukraina. Ini semata-mata untuk mengurangi pendapatan Negeri Beruang Putih yang berpotensi digunakan untuk perang.
Namun, politisi sayap kiri Jerman dan ketua komite Bundestag untuk energi, Klaus Ernst menyebutkan, Rusia mendapatkan keuntungan dari lonjakan harga energi global. Namun, pihak Berlin yang justru dirugikan.
“Pada saat yang sama, kami terancam gelombang kebangkrutan. Oleh karena itu: bernegosiasi dengan Rusia dengan pikiran terbuka,” tekannya.
Sanksi berturut-turut terhadap Moskow tak hanya berdampak pada biaya energi. Bahan makanan juga mengalami lonjakan harga hingga 12% di bulan Juni sebelum mencapai 16,6% di bulan Agustus.
Akibat krisis ini, ekonomi terbesar Eropa itu diantisipasi untuk berkontraksi pada tahun 2023. Menurut Ifo (Institute for Economic Research), think tank yang berbasis di Munich, krisis energi yang sedang berlangsung sebagai akibat dari perang di Ukraina ‘mendatangkan malapetaka’ pada ekonomi Jerman dan mereka memproyeksikan hal itu dapat menyebabkan penurunan PDB sebesar 0,3% tahun depan. (*)
Editor : Pebri Mulya