Indonesiadaily.net – Nasib malang dialami seorang pria bernama Sunandar. Pria yang dulunya dikabarkan sempat berakting di film Petualangan Sherina dan sempat jaya di era 1980an kini tinggal sebatang kara di gubuk yang terletak di tengah hutan. Keberadaanya viral usai unggahan video Hardi ArtVenture, yang memperlihatkan kehidupan Sunandar di tengah hutan.
Selain Petualangan Sherina, Sunandar dikabarkan sempat beradu akting oleh Roy Marten di masa jayanya. Namun informasi seputar film-film dan kehidupan pribadi Sunandar sendiri sulit ditemukan di dunia maya. Kisah hidup susah Sunandar juga viral setelah diunggah oleh InsertLive dan sejumlah media lainnya.
Pria asal Palembang ini juga terlihat asing karena tidak pernah muncul di layar kaca dalam beberapa tahun ke belakang ini.
Keputusan Sunandar hidup sebatang kara di tengah hutan selama tiga tahun, disebabkan karena hartanya sudah terkuras habis, hingga ditinggal istri.
Sunandar sendiri mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki sepeserpun harta, termasuk rumah. Kondisi tempat tinggalnya pun sangat memprihatinkan dan barang-barangnya pun berserakan di dalam rumahnya.
Generasi millennial dan Gen-Z dipastikan tidak akan familiar dengan kejayaan Sunandar dulu, namun dari kisah Sunandar, kita bisa belajar beberapa hal di bawah ini.
Kekayaan bersih adalah kekayaan riil atau kekayaan Anda yang sebenarnya. Nilai kekayaan bersih didapat dari hasil pengurangan antara aset dan utang.
Di masa produktif, sudah sepantasnya bagi Anda untuk meningkatkan nilai kekayaan bersih seiring dengan berjalannya waktu.
Adapun cara yang efektif dilakukan adalah dengan melakukan akumulasi aset-aset investasi yang nilainya bisa bertumbuh di masa depan.
Selama nilai kekayaan bersih Anda positif, maka sebesar apapun jumlahnya maka kekayaan bersih Anda dinyatakan sehat. Namun jika negatif, hal itu menandakan terlalu banyak utang konsumtif yang Anda ambil, Anda pun dinyatakan sudah berada di ambang kebangkrutan.
Gaya hidup saat ini tentu bisa berdampak pada masa tua nanti, karena semakin besar dana yang dialokasikan untuk membiayai hidup atau melakukan hal-hal yang disukai akan berdampak pada besaran dana yang bisa dialokasikan untuk tabungan dana pensiun.
Ketika gaya hidup tidak sesuai dengan pendapatan, maka besar kemungkinan terjadi defisit arus kas yang disebabkan karena pengeluaran yang melebihi pendapatan.
Defisit yang terus dibiarkan akan menguras tabungan dan harta lainnya, alhasil seseorang akan kehilangan tabungan dan aset yang semestinya berguna untuk masa depan.(*)
Editor : Nur Komalasari
