Indonesiadaily.net – Setiap tukang cukur atau barbershop di seluruh dunia dilengkapi dengan tiang atau lampu berwarna merah, putih, dan biru. Berbentuk spiral dengan warna putih sebagai pembatas merah dan biru. Tanda spiral tiga warna ini kerap terpasang di bagian teras dan menjadi ciri khas tukang cukur. Lantas, apakah arti dan Makna ketiga warna tersebut?
Tanda merah, putih, dan biru pada tukang cukur disebut sebagai barber pole, secara harfiah berarti tiang tukang cukur.
Dilansir dari laman Reader’s Digest, kehadiran barber pole saat ini menandai bahwa toko yang dimaksud adalah tukang cukur atau tempat pangkas rambut.
Sekilas, tiga warna dalam tiang tukang cukur tampak menunjukkan semangat patriotik. Namun faktanya, tiga warna ini justru menyimpan alasan yang cukup mengerikan.
Tukang cukur saat ini dikenal sebagai orang yang bekerja untuk memotong, menata, menghias, atau memberi gaya pada rambut laki-laki.
Profesi ini sudah berdiri sejak berabad-abad lalu, tepatnya pada Abad Pertengahan.
Kendati demikian, terdapat perbedaan mencolok antara tukang cukur saat ini dengan tukang pada masa abad pertengahan.
Bukan hanya mengurusi rambut, tukang cukur dahulu kala lebih akrab disapa sebagai ahli bedah-cukur atau barber surgeon.
Pasalnya, pekerjaan mereka tak melulu memangkas rambut. Melainkan, melakukan beberapa prosedur untuk mengobati penyakit
Pada Abad Pertengahan, pertumpahan darah yang melibatkan pemotongan pembuluh darah dan membiarkan darah mengalir adalah pengobatan umum untuk mengatasi berbagai penyakit.
Sebab, seperti dikutip laman History, orang-orang mengira memiliki terlalu banyak darah di bagian tubuh tertentu dapat menyebabkan penyakit, seperti demam atau wabah.
Oleh karenanya, jalan agar tetap sehat adalah dengan mengeluarkan darah dari tubuh.
Adapun masa itu, biarawan dan pendeta turut bertugas untuk merawat orang sakit dengan melakukan sejumlah prosedur pengobatan.
Sementara tukang cukur, berbekal keahlian memegang benda tajam (alat cukur), kerap memberikan bantuan pengobatan.
Namun pada 1163, Paus Alexander III memerintahkan biarawan dan pendeta untuk berhenti melakukan prosedur “pertumpahan darah”.
Sebagai gantinya, tukang cukur pun maju dan mulai menawarkan jasa pertumpahan darah untuk menghilangkan penyakit.
Selain melakukan pembedahan untuk mengeluarkan darah, tukang cukur juga melakukan tugas lain seperti mencabut gigi, manipulasi tulang atau sendi, dan merawat luka.
Bahkan Ambroise Pare, salah satu bapak bedah dan patologi forensik modern asal Perancis, memulai kariernya sebagai ahli bedah-cukur.
Berkaitan dengan perannya untuk mengeluarkan darah dari tubuh, warna merah pada tiang tukang cukur mewakili darah yang menetes dari tubuh pasien.
Sementara warna putih menunjukkan perban putih yang digunakan untuk membendung pendarahan.
Tiang sendiri menjadi lambang dari tongkat yang ditekan pasien untuk membuat pembuluh darah di bagian tubuh lebih menonjol.
Kedua warna ini merupakan lambang tiang tukang cukur tradisional yang kerap terlihat di Eropa. Adapun warna biru, menjadi warna tambahan yang muncul di Amerika Serikat (AS).
Masih dari laman yang sama, biru pada tiang menunjukkan simbol dari pembuluh darah yang terpotong selama prosedur “pertumpahan darah”.
Namun, interpretasi lain menyebutkan bahwa tambahan biru pada tiang tukang cukur merupakan warna dominan bendera AS sebagai simbol patriotisme.
Seiring berjalannya waktu, tepatnya pada pertengahan abad 1500-an, Inggris melarang tukang cukur untuk melakukan prosedur bedah. Akan tetapi, profesi ini masih melakukan operasi pencabutan gigi.
Hingga memasuki abad ke-19, saat komunitas medis mulai tidak menggemari pengobatan dengan prosedur “pertumpahan darah”, tukang cukur pun beralih pada layanan memangkas rambut seperti sekarang. (*)
Editor : Nur Komalasari