Indonesiadaily.net – Saat hujan deras, terkadang air yang turun seperti serpihan es atau biasa kita kenal hujan es. Fenomena ini dapat pula menyebabkan kerusakan pada bangunan seperti rumah. Namun, sebenarnya, apa itu fenomena hujan es?
Dikutip dari situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena hujan es adalah peristiwa alam yang biasa atau wajar terjadi. Fenomena cuaca alamiah ini terjadi saat hujan lebat atau hujan es, disertai dengan kilat atau petir dan angin kencang.
Umumnya, hujan es di Indonesia sering terjadi pada masa peralihan musim atau musim pancaroba, baik pergantian dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
“Fenomena hujan es terjadi sebagai dampak dari pertumbuhan awan Cumulonimbus lebih dari 10 Km, ” ujar Kepala Stasiun Klimatologi Sleman, Reny Kraningtyas.
Saat udara hangat dan lembab terjadi di permukaan bumi, maka radiasi matahari yang intens dan menyebabkan pemanasan bumi, akan mengangkat massa udara tersebut ke atmosfer.
Setelah massa udara sampai di atmosfer, selanjutnya ini akan mengalami pendinginan. Kondensasi ini kemudian membentuk titik-titik air yang terlihat sebagai awan Cumulonimbus (Cb).
Dalam proses terjadinya hujan es ini,sebagai akibat dari kuatnya energi dorongan ke atas, maka saat terjadi proses konveksi, puncak awan akan semakin tinggi hingga mencapai freezing level atau tingkat pembekuan.
Dalam tahap ini lah, kemudian akan terbentuk kristal-kristal es dengan ukuran yang cukup besar. Akibatnya, saat awan sudah masak dan tidak lagi mampu menahan uap air, maka terjadinya hujan lebat yang disertai es. Es yang turun ini kemudian bergesekan dengan udara, sehingga mencair dan saat sampai ke permukaan tanah, dan bongkahannya akan lebih kecil.
Menurut BMKG, fenomena alam ini sifatnya sangat lokal. Karena biasanya hujan es hanya turun di daerah atau wilayah dengan luasan berkisar 5-10 Km
Selain itu, fenomena hujan es ini memiliki durasi yang relatif singkat, sekitar 10 menit. Biasanya juga terjadi di siang atau sore hari, atau terkadang menjelang malam hari.(*)
Editor : Nur Komalasari