Indonesiadaily.net – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengaku mulai mendapatkan gambaran yang pasti dan lebih terang terkait kasus penembakan Brigadir J di rumah dinas eks Kadiv Propam, Irjen Ferdy Sambo.
Bahkan, Komnas HAM mengaku memiliki 25 nama anggota polisi yang kemungkinan bersikap tidak profesional dalam penanganan kasus Brigadir J.
Nama tersebut didapati Komnas HAM berdasarkan temuan dan pencocokan antara data dalam sejumlah telepon seluler dengan hasil keterangan wawancara dari pihak keluarga Brigadir J.
Tetapi, pada dasarnya kasus pembunuhan Brigadir J sudah ada beberapa kejanggalan. Diantaranya :
Luka di Tubuh Brigadir J
Sejauh ini, diketahui terdapat sedikitnya tujuh luka tembak di tubuh Brigadir J. Menurut pihak keluarga, jumlah tembakan ini tidak masuk akal apabila hanya dilakukan sebagai tembakan peringatan. Pihak keluarga menilai bahwa jumlah tembakan tersebut sekan menunjukkan adanya pembunuhan berencana dengan cara yang brutal.
Tuduhan Brigadir J Melakukan Pelecehan
Tuduhan ini dinegasikan oleh pihak keluarga, terkhusus adik Brigadir J, Yuni Hutabarat. Yuni menegaskan bahwa ia tidak percaya kakaknya melakukan tindakan tersebut sebab tuduhan yang diajukan tidak disertai dengan bukti yang kuat.
Keluarga Sempat Dilarang Menengok Jenazah
Pada masa awal pengungkapan kasus pembunuhan Brigadir J, pihak keluarga sempat dilarang oleh pihak kepolisian untuk melihat jenazah anggota keluarganya dengan alasan telah dilakukan proses autopsi. Namun setelah melakukan komunikasi dan negosiasi, pihak keluarga akhirnya diperkenankan untuk melihat jasad Brigadir J untuk terakhir kalinya. Jenazah Brigadir J pun telah diautopsi sebanyak dua kali dalam waktu yang berbeda.
Telepon Seluler Milik Brigadir J Hilang
Berkaitan dengan klaim Komnas HAM yang mengaku bahwa permasalahan pembunuhan Brigadir J mulai terang-benderang sebab beberapa data yang ditemukan dalam beberapa ponsel milik anggota kepolisian, pihak keluarga justru menyayangkan telepon seluler milik Brigadir J yang hilang. Sebab, mereka menilai bahwa ponsel tersebut setidaknya mampu menjadi bukti atau pencerah utama dalam kasus yang menewaskan Brigadir J ini.
Kamera Pengintai di Sekitar TKP Hilang
Sebelumnya, Brigadir J dikatakan ditembak oleh Bharada E sebab hendak melecehkan atasan Bharada E, yaitu Irjen Ferdy Sambo. Namun, kamera pengintai atau CCTV di sekitar rumah Sambo yang kemungkinan merekam peristiwa baku tembak tersebut mendadak hilang dan tiada bukti perekaman. Terbaru, dilansir oleh Tempo, Sambo telah ditahan oleh sejumlah anggota Brimob dan dibawa ke Markas Komando Brimob untuk dimintai keterangan lebih lanjut. (*)
Editor : Pebri Mulya