Kamis, Desember 12, 2024

10 Pengusaha Kaya Raya Indonesia yang Investasi di IKN

Indonesiadaily.net – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada sepuluh magnat bisnis Indonesia yang dengan penuh komitmen menginvestasikan dana sebesar Rp20 triliun untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Konsorsium bisnis nusantara ini dipimpin oleh Sugianto Kusuma, yang lebih dikenal dengan nama Aguan, pemilik Agung Sedayu Group. Salah satu bentuk nyata dari komitmen investasi mereka adalah berdirinya Hotel Nusantara IKN, yang baru-baru ini diresmikan oleh Presiden Jokowi.

Dalam kesempatan itu, Jokowi menyoroti bahwa investasi besar tersebut membuktikan kepada banyak pihak bahwa IKN memiliki prospek bisnis yang menjanjikan. Presiden memahami bahwa Aguan dan para mitra investor tidak hanya berinvestasi atas dasar keinginan membantu pembangunan negara, tetapi juga memiliki visi untuk memperoleh keuntungan.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada Pak Aguan dan seluruh timnya. Investasi sebesar ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan para investor terhadap potensi Nusantara, tetapi juga membuktikan bahwa ada potensi keuntungan besar di balik investasi tersebut. Saya yakin, para investor ini bukanlah lembaga amal. Mereka, dengan logika bisnis, tentunya mencari keuntungan optimal dari setiap dana yang mereka investasikan. Dan hal tersebut adalah hal yang wajar dalam dunia bisnis,” jelas Jokowi.

Dengan begitu besar investasi yang diberikan, tentunya banyak yang penasaran, siapakah sebenarnya kesepuluh konglomerat ini? Dan bagaimana latar belakang serta jejak rekam bisnis mereka sebelum terlibat dalam proyek ambisius IKN Nusantara?

Berikut profil singkat 10 pengusaha lokal yang investasi di IKN seperti dikutip dari berbagai sumber:

1. Anthony Salim (Bos Indofood dan Salim Group)

Anthony Salim masyhur sebagai raja perusahaan mie instan di Indonesia. Bahkan, produknya dalam bendera Indofood terkenal hingga mancanegara, mulai dari Nigeria hingga Amerika Serikat.

Cuan Salim juga datang dari kelapa sawit via Indofood Agri Resources Ltd. Perusahaan yang berbasis di Singapura ini bergerak di bidang agribisnis, seperti pembibitan, pembudidayaan dan penggilingan kelapa sawit, pemasaran minyak goreng dan margarin, hingga produk turunan minyak sawit lainnya.

Namun, Salim pernah terseret kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), di mana kala itu dirinya masih menjadi pengendali PT Bank Central Asia (BCA). Saat krisis keuangan 1997-1998, BCA mendapat dana bailout Rp53 triliun dari pemerintah.

Pada 2007 lalu, Kejagung sempat beberapa kali memanggil Anthony Salim terkait dugaan penyelewengan dana BLBI tersebut. Akar masalahnya adalah jumlah utang Salim Group dengan yang dibayarkan ke pemerintah tidak sesuai alias lebih sedikit.

Utang Salim Group dibayar dengan penyerahan 92,8 persen saham BCA dan saham 108 perusahaan kelompok usaha Salim lain kepada pemerintah. Jumlah jaminan kewajiban pemegang saham itu ditaksir senilai Rp52,7 triliun.

“Walaupun hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyatakan nilai aset yang diserahkan obligor hanya Rp19 triliun, tim tidak menemukan unsur korupsi,” kata pihak Kejagung kala itu, dikutip dari situs Kementerian Keuangan.

Baca Juga  5 Negara dengan Kuota Jamaah Haji Terdikit di Tahun Ini

2. Sugianto Kusuma alias Aguan (Agung Sedayu Group)

Wajar jika Aguan didapuk sebagai pimpinan konsorsium nusantara, namanya memang kesohor sebagai pebisnis ulung tanah air. Ia adalah pendiri Agung Sedayu Group yang berkecimpung di industri properti Indonesia, mulai dari apartemen, mal, hotel, hingga industrial estate.

Aguan juga pernah menjadi wakil komisaris utama PT Bank Artha Graha 1990-1999. Usai penggabungan PT Bank Inter-Pacific Tbk dan PT Bank Artha Graha Tbk, Aguan kembali dipercaya sebagai wakomut PT Bank Artha Graha Internasional Tbk.

Ia dan keluarganya juga menguasai 50 persen saham PT Cahaya Kusuma Abadi Sejahtera (CKAS).

Terlepas dari portofolio bisnisnya yang mentereng, Aguan pernah terjerat kasus korupsi berupa suap rancangan peraturan daerah terkait reklamasi di Teluk Jakarta. Pada 2016 lalu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebut Aguan memberi fee Rp50 miliar kepada sejumlah anggota DPRD DKI Jakarta untuk mempercepat raperda tersebut.

Aguan sempat dicekal untuk bepergian ke luar negeri. Namun, dirinya tak pernah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut.

3. Soeryadjaya (Astra)

Dalam bahan paparan Otorita IKN di Badan Anggaran DPR RI pada Senin (18/9), mereka mencantumkan nama keluarga Soeryadjaya sebagai orang di belakang Astra. Memang, PT Astra International didirikan oleh taipan bernama William Soeryadjaya alias Oom Willem pada 1957 lalu.

Namun, sejatinya keluarga Soeryadjaya sudah bukan lagi pemilik saham pengendali Astra. Ini terjadi imbas kasus anak Oom Willem, yakni Edward Soeryadjaya yang terlilit utang pada krisis moneter lalu.

Anak sulung William itu punya usaha bernama Bank Summa yang menumpuk utang hingga menimbulkan kredit macet Rp1,2 triliun dan utang Rp500 miliar pada 1992. Akhirnya, Bank Summa dilikuidasi pemerintah pada akhir 1992.

Meski masalah terjadi di anak usaha putranya, William turun tangan dan menjual 100 juta saham Astra miliknya demi menolong Edward. Sejak saat itulah nama Soeryadjaya tak lagi bertengger di Astra International, William pun meninggal dunia pada 2010 lalu.

Sementara itu, kasus-kasus Edward tak kunjung usai. Edward dihukum 15 tahun penjara pada 2019 lalu usai terbukti korupsi dana pensiun Pertamina senilai Rp612 miliar.

Teranyar, Edward divonis 2 tahun 9 bulan penjara pada Maret 2023 usai dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana korupsi dalam kasus ASABRI. Ia juga harus membayar denda Rp300 juta.

4. Franky Wijaya (Sinar Mas)

Franky Wijaya atau Franky Oesman Widjaja merupakan salah satu putra konglomerat sekaligus pendiri Sinar Mas, yakni Eka Tjipta Widjaja. Franky meneruskan bisnis keluarganya, terlebih karena sang ayah meninggal pada 2019 lalu.

Berdasarkan situs Sinar Mas, Franky merupakan CEO Golden Agri-Resources Ltd, yang merupakan anak usaha grup tersebut. Ia bersama dua saudaranya, Indra dan Muktar Widjaja saling mengisi posisi tertinggi di Sinar Mas Group.

Namun, konflik internal menyulut keluarga Eka Tjipta pada 2020 lalu, di mana salah satu anaknya Freddy Widjaja menggugat kelima kakak tirinya terkait hak waris senilai Rp672,61 triliun. Bahkan, pengacara Freddy melaporkan Franky Cs dengan tuduhan tindak pidana pencucian uang (TPPU) pada tahun lalu.

Baca Juga  Atasi Persoalan Pasar Citayam, Komisi A  Usul Pemkot Depok Untuk Duduk Bareng  dengan Pemkab Bogor

Sinar Mas diduga melawan hukum dengan menghindari pajak melalui perusahaan-perusahaan cangkang di luar negeri. Selain merugikan Freddy Widjaja, para terlapor diklaim berpotensi menipu atau menggelapkan uang Rp1 triliun dan pajak Rp40 triliun.

5. Pui Sudarto (Pulauintan)

Pui Sudarto merupakan salah satu raja konstruksi di Indonesia. Ia adalah pendiri sekaligus Presiden Direktur PT Pulauintan Bajaperkasa Konstruksi yang berdiri sejak 1990 lalu.

Mengutip detikcom, Pui sempat sulit orderan di masa krisis moneter 1998. Namun, perusahaannya kala itu masih sanggup menerima proyek pembangunan gedung parkir di Pasaraya Blok M.

Ia lantas mendiversifikasi bisnisnya sejak 2004. Pui mengantongi saham di berbagai proyeknya, mulai dari pusat perbelanjaan, gedung kantor, jasa pembersih gedung, apartemen, hotel hingga rumah sakit.

6. Prajogo Pangestu (Barito Pacific)

Prajogo Pangestu adalah orang terkaya keempat di Indonesia saat ini versi Forbes. Hartanya menyentuh US$10,5 miliar yang bersumber dari bisnisnya di Barito Pacific Tbk, yakni perusahaan di sektor petrokimia dan energi.

Terlepas dari pundi-pundi hartanya, Prajogo pernah berkasus dalam dugaan korupsi dana reboisasi di Sumatra Selatan senilai Rp331 miliar.

Bahkan, Prajogo sempat berstatus tersangka dalam pusaran korupsi proyek hutan tanam industri (HTI) tersebut. Namun, ia bebas usai kasusnya di-surat perintah penghentian penyidikan (SP3) oleh Kejagung.

7. Garibaldi alias Boy Thohir (Adaro)

Garibaldi alias Boy Thohir adalah kakak dari Menteri BUMN Erick Thohir. Boy dikenal sebagai raja batu bara hingga tuan tanah.

Ia merupakan Direktur Utama Adaro Group, yakni salah satu eksportir batu bara top di dunia. Dari situlah pundi-pundi uang masuk ke kantong Boy.

Pada akhir 2021 lalu, Presiden Jokowi dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dibuat kaget dengan pemilik tanah untuk kawasan industri hijau di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Ternyata, Boy Thohir pemilik lahan tersebut.

“Jujur, kami juga tadinya tidak mengerti siapa yang punya tanah di sini. Setelah kami meninjau ke daerah ini, mengirimkan tim, kami baru menemukan bahwa yang memiliki adalah Boy Thohir,” kata Luhut pada akhir Desember 2021 lalu.

Terlepas dari itu, nama Boy Thohir pernah terseret dalam pusaran kasus suap eks Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Rudi Rubiandini senilai US$700 ribu. Namun, Boy tidak pernah diperiksa terkait kasus ini.

8. Djoko Susanto (Alfamart Group)

Sama seperti Prajogo, Djoko Susanto adalah 10 orang terkaya di Indonesia yang ikut membangun IKN. Bos Alfamart Group itu menduduki urutan 8 dengan koleksi harta US$4,3 miliar.

Anak keenam dari sepuluh bersaudara ini disebut hanya mengenyam pendidikan dasar sebelum akhirnya putus sekolah. Sejak kecil, ia sudah diminta mengelola sejumlah warung makan, menjajakan rokok, hingga membuka beberapa toko kelontong.

Baca Juga  Digeruduk Korban Investasi FIN888, Pakar TPPU Minta Atensi Kapolri

Mengutip detikcom, Djoko sukses membuka 560 gerai warung kelontong yang tersebar di berbagai pasar tradisional. Keberhasilannya membuat Putera Sampoerna meliriknya untuk bekerja sama pada 1989 dan membuka 15 kios rokok di Jakarta.

Kerja sama berlanjut hingga berdirilah Alfa Toko Gudang Rabat yang merupakan toko grosir yang berlokasi di gudang milik Sampoerna di Jalan Lodan, Jakarta Pusat. Dari sinilah cikal-bakal Alfamart.

Namun, Putera Sampoerna menjual bisnis rokoknya ke Philip Morris pada 2005 sehingga kerja sama dengan Djoko berakhir. Djoko tetap melanjutkan perjalanan bisnisnya di bawah naungan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk yang sudah punya 19 ribu gerai Alfamart di seluruh Indonesia dan 1.200 lainya di Filipina.

Alfamart Group dijalankan oleh kedua anak Djoko, yakni Presiden Komisaris Feny Djoko Susanto dan Komisaris Budiyanto Djoko Susanto.

Terlepas dari kesuksesan Alfamart di bawah tangan dingin Djoko, perusahaan miliknya sempat tersandung dugaan kasus korupsi ekspor crude palm oil (CPO) untuk minyak goreng. Presiden Direktur Alfamart Anggara Hans Prawira sempat diperiksa Kejagung sebagai saksi kasus tersebut pada 2020 lalu.

9. Eka Tjandranegara (Mulia Group)

Direktur Utama Mulia Group Eka Tjandranegara merupakan bagian dari konsorsium yang membantu Jokowi menggarap IKN. Eka adalah orang di balik sejumlah gedung pencakar langit dan bangunan mewah di Indonesia, seperti Wisma Mulia berlantai 57, Mal Taman Anggrek, hingga Mulia Resort di Bali.

Mulia Group didirikan pada 1970 lalu oleh Eka bersama sang ayah Tjandra Kusuma, adiknya Gunawan Tjandra, dan sang kakak Djoko S Tjandra. Nama yang terakhir cukup fenomenal di tanah air karena buron belasan tahun.

Kakak Eka Tjandranegara itu terjerat kasus korupsi pada 1999 lalu atas pengalihan tagihan piutang Bank Bali dan Bank Umum Nasional Rp789 miliar. Dari pengalihan piutang ini, Djoko diklaim cuan Rp546,1 miliar.

10. Kuncoro Wibowo (Kawan Lama Group)

Kawan Lama Group bermula dari toko perkakas berukuran 3×3 meter milik ayah Kuncoro Wibowo, Wong Jin, pada 1955 lalu. Toko perkakas itu dulu eksis di kawasan Glodok, Jakarta Pusat.

Ia pun meneruskan bisnis sang ayah, bahkan mengembangkannya hingga semakmur sekarang. Kuncoro bahkan sukses membuka anak usaha bernama PT Ace Hardware Indonesia, di mana merupakan ritel tunggal Ace Hardware AS.

Apes, Ace Hardware Indonesia tersandung masalah pada beberapa tahun lalu. Utang Rp10 juta kepada Wibowo and Partners membuat perusahaan di bawah Kawan Lama Group itu digugat Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) pada 2020 dan 2021 lalu.

Ace Hardware Indonesia digugat pailit karena menunggak pembayaran jasa pengacara Wibowo and Partners pada Oktober 2020. Tunggakan tersebut bahkan sudah berlangsung sejak November 2019 lalu. (*)


Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles

Perumda Tirta Kahuripan

Djarum Foundation

Pemkab Bogor