Indonesiadaily.net – Berbagai eksperimen untuk eksplorasi luar angkasa sudah dilakukan manusia. Ada beberapa eksperimen yang bermanfaat dan ada juga yang sepertinya kurang berguna.
Berikut ini sepuluh eksperimen luar angkasa seperti dikutip dari List Verse, Jumat 19 Agustust 2022.
1. Membawa cacing
Pesawat ulang-alik Columbia meledak pada 2003 saat masuk kembali ke Bumi dan menewaskan seluruh kru. Saat membersihkan puing-puing, kru menemukan eksperimen mengandung cacing nematoda yang masih bisa diselamatkan.
Kelangsungan hidup cacing merupakan penemuan penting karena menunjukkan bahwa kehidupan dapat bertahan saat mendarat di planet lain tanpa terlindungi kapal luar angkasa.
Hal ini mungkin juga menjelaskan bagaimana kehidupan telah menyebar ke seluruh galaksi. Bahkan saat ini, cacing nematoda sedang dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) untuk eksperimen dan pengamatan lebih lanjut.
2. Menguji anak kembar
Apa efek jangka panjang dari perjalanan luar angkasa? Itulah yang ingin diketahui para peneliti lewat eksperimen Studi Kembar. NASA pun mempelajari astronaut Mark Kelly dan saudara kembarnya yang identik, Scott Kelly.
Scott dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk menghabiskan hampir satu tahun penuh dalam gaya berat mikro. Ketika Scott mengambang, Mark ada di Bumi menyelesaikan percobaan yang sama.
Lewat eksperimen ini, 84 peneliti yang melakukan percobaan ini dapat melihat seberapa besar pengaruh gaya berat mikro terhadap tubuh manusia.
Beberapa perubahan itu antara lain: massa tubuh berkurang, bentuk mata berubah, sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif, dan perubahan pada kromosom.
3. Mawar berbeda aroma
Pada 1998, NASA bermitra dengan International Flavours and Fragrances (IFF) untuk mempelajari dampak gaya berat mikro pada aroma bunga mawar. Mereka ingin mengembangkan parfum baru dari penelitian ini.
Ternyata, menempatkan mawar ke gaya berat mikro mengubah jumlah minyak atsiri yang dihasilkan mawar. Untuk diketahui, minyak atsiri mawar menghasilkan aroma bunga. Ketika mawar diuji di luar angkasa, ia menghasilkan lebih sedikit minyak, yang benar-benar mengubah aroma mawar.
Lalu IFF memutuskan untuk membuat parfum baru yang dinamai ‘Zen’ yang diproduksi oleh Shiseido Cosmetics berdasarkan eksperimen ini.
4. Satelit sumber listrik
Ilmuwan menginginkan satelit yang bisa menghasilkan listrik saat mereka ditarik melalui medan magnet Bumi oleh pesawat ruang angkasa. Namun upaya ini gagal.
Pesawat ulang-alik pertama hanya bisa melepaskan 840 kaki kabel sebelum akhirnya macet. Upaya kedua pada tahun 1996 lebih mendekati kesuksesan meski masih tidak sesuai harapan.
Pesawat Columbia berhasil melepaskan kabel sepanjang 12,2 mil sebelum putus, dan secara efektif melontarkan satelit ke luar angkasa.
Menurut NASA, sistem itu telah menghasilkan listrik, sekitar 3.500 volt dan 0,5 amp. Jadi, mungkin saja di masa depan menghasilkan sumber energi hijau selama peluncuran.
5. Menanam pohon
Jika kita ingin tinggal di Mars, kita harus bisa menanam makanan kita sendiri. Itulah tujuan dari eksperimen menanam pohon di luar angkasa.
Para peneliti dan astronaut sedang belajar menanam buah dan sayuran di luar angkasa untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan asupan makanan bergizi. Sejauh ini belum banyak yang mereka tanam. Para ilmuwan baru bisa menanam beberapa varietas selada, cabai, kol, sawi kale, dan bunga.
6. Eksperimen kristal es
Eksperimen kristal es dirancang untuk mempelajari bagaimana kristal es terbentuk di luar angkasa. Mengapa ini penting? Karena itu bisa membantu kita menemukan planet atau benda langit lainnya yang memiliki air, dan memutuskan apakah mungkin ada kehidupan di sana.
7. Tikus super
Tikus-tikus dalam percobaan ini dimutasi untuk memiliki massa otot dua kali lipat dari tikus lain yang normal. Inti dari percobaan ini adalah untuk melihat apakah efek gaya berat mikro berdampak pada kehilangan massa otot dan tulang.
Hasilnya, selama 33 hari di luar angkasa, tikus super yang unggul secara genetik tidak kehilangan massa otot atau tulang mereka. Sedangkan tikus luar angkasa yang normal kehilangan sekitar 18% massa otot dan tulang di waktu yang sama.
8. Eksperimen tembok air
Eksperimen tembok air dirancang untuk mempelajari bagaimana air berperilaku dalam gaya berat mikro. Penelitian ini melibatkan penggunaan sistem “kantong” berisi air untuk membuat dinding air yang dapat digunakan astronaut untuk berbagai keperluan.
Para ilmuwan berharap, mereka mungkin dapat mengganti beberapa atau semua sistem pendukung kehidupan kritis yang saat ini digunakan.
Jika berhasil, ini akan secara dramatis mengurangi peralatan mekanis dan teknis yang diperlukan untuk sistem pendukung kehidupan saat ini. Satu-satunya bagian mekanis di dinding air adalah pompa air untuk memindahkan air ke tempat yang dibutuhkan.
9. Membakar ISS
Salah satu hal terburuk yang bisa terjadi pada pesawat ruang angkasa adalah kebakaran, karena dapat dengan cepat menyebar dan menghancurkan sistem pendukung vital.
Rencana NASA untuk menghindari bencana itu adalah dengan membakar Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dengan aman. Proyek tersebut diberi nama SoFIE, yang merupakan singkatan dari Solid Fuel Ignition and Extinction.
Eksperimen SoFIE dilakukan di rak khusus pembakaran ISS. Para ilmuwan berharap bisa mempelajari bagaimana api menyebar dan melakukan tindakan cepat dengan bahan yang berbeda saat berada di gravitasi rendah.
10. Proyek genom manusia
Proyek Genom Manusia adalah upaya berkelanjutan untuk memetakan seluruh genom manusia. Ada sekitar 3 miliar huruf yang tersimpan dalam DNA manusia, jadi dapat dimengerti bahwa eksperimen ini membutuhkan waktu bertahun-tahun bagi para ilmuwan untuk mempertimbangkan keberhasilannya.
Pada tahun 2003, setelah 13 tahun mengalami kemajuan, para ilmuwan menyelesaikan pemetaan 92% genom dan menganggap proyek tersebut selesai. Setelah 14 tahun, genom manusia telah dipetakan secara keseluruhan.
Proyek ini telah dan terus dianggap penting karena berbagai alasan karena membantu para ilmuwan mempelajari lebih lanjut tentang penyebab genetik penyakit, pengembangan pengobatan baru, bahkan membantu kita memahami ke mana arah evolusi manusia. (*)
Editor : Pebri Mulya